Februari
14

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa: "warga
negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak
memperoleh pendidikan khusus" (Pasal 5; ayat 4). Di samping itu juga
dikatakan bahwa "setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan
berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya" (pasal 12; ayat 1b). Hal ini merupakan berita yang
menggembirakan bagi warga negara yang memiliki bakat khusus dan tingkat
kecerdasan yang istimewa untuk mendapat pelayanan pendidikan
sebaik-baiknya. Anak berbakat adalah anak yang memiliki kecerdasan atau
kelebihan yang luar biasa jika dibandingkan dengan anak-anak seusianya.
1. Definisi Anak berbakat
Anak berbakat adalah mereka yang memiliki kemampuan-kemampuan yang
unggul dan mampu memberikan prestasi yang tinggi. Anak berbakat
memerlukan pelayanan pendidikan khusus untuk membantu mereka mencapai
prestasi sesuai dengan bakat-bakat mereka yang unggul. Bakat” (aptitude)
pada umumnya
diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Berbeda dengan bakat, “kemampuan” merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan (performance) dapat dilakukan sekarang. Sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan dimasa yang akan datang. Bakat dan kemampuan menentukan “prestasi” seseorang. Jadi prestasi itulah yang merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan.
diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Berbeda dengan bakat, “kemampuan” merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan (performance) dapat dilakukan sekarang. Sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan dimasa yang akan datang. Bakat dan kemampuan menentukan “prestasi” seseorang. Jadi prestasi itulah yang merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan.
2. Ciri-Ciri Anak berbakat
Ciri-ciri anak berbakat menurut Martinson (1974) adalah sebagai berikut:
• Gemar membaca pada usia lebih muda
• membaca lebih cepat dan lebih banyak
• memiliki perbendaharaan kata yang luas
• mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
• mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah “dewasa”
• mempunyai inisiatif, dapat bekerja sendiri
• menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal
• memberi jawaban-jawaban yang baik
• dapat memberikan banyak gagasan
• luwes dalam berpikir
• terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan
• mempunyai pengamatan yang tajam
• dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati
• berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri
• senang mencoba hal-hal baru
• mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi
• senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah
• cepat menangkap hubungan-hubungan (sebab akibat)
• berperilaku terarah kepada tujuan
• mempunyai daya imajinasi yang kuat
• mempunyai banyak kegemaran (hobi)
• mempunyai daya ingat yang kuat
• tidak cepat puas dengan prestasinya
• peka (sensitif) dan menggunakan firasat (intuisi)
• menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.
Anak-anak berbakat biasanya ditandai pula dengan:
1. Kemampuan inteligensi umum yang sangat tinggi; biasanya ditunjukkan
dengan perolehan tes inteligensi yang sangat tinggi, misal IQ diatas
120.
2. Bakat istimewa dalam bidang tertentu; misalnya bidang bahasa,
matematika, seni, dan lain-lain. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan
prestasi istimewa dalam bidang-bidang tersebut.
3. Kreativitas yang tinggi dalam berpikir; yaitu kemampuan untuk menemukan ide-ide baru.
4. Kemampuan memimpin yang menonjol; yaitu kemampuan untuk mengarahkan
dan mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan harapan
kelompok.
5. Prestas-prestasi istimewa dalam bidang seni atau bidang lain; misalnya dalam seni musik, drama, tari, lukis, dan lain-lain.
3. Tanda-tanda Umum Anak Berbakat
Sejak usia dini sudah dapat dilihat kemungkinan ada atau tidaknya bakat
tertentu dari anak. Sebagai contoh: “anak yang baru berumur dua tahun
tetapi lebih suka memilih alat-alat mainan untuk anak berumur 6-7 tahun;
atau anak usia tiga tahun tetapi sudah mampu membaca buku-buku yang
diperuntukkan bagi anak usia 7-8 tahun. Mereka akan sangat senang jika
mendapat pelayanan seperti yang mereka harapkan.”
Anak yang memiliki bakat istimewa sering kali memiliki tahap
perkembangan yang tidak serentak. Ia dapat hidup dalam berbagai usia
perkembangan, misalnya: anak berusia tiga tahun, jika sedang bermain ia
terlihat seperti anak seusianya, tetapi jika sedang membaca ia
menampilkan sikap seperti anak berusia 10 tahun, jika mengerjakan soal
matematika ia seperti anak berusia 12 tahun, dan jika berbicara seperti
anak berusia lima tahun.
Yang perlu dipahami adalah bahwa anak berbakat umumnya tidak hanya
belajar lebih cepat, tetapi juga sering menggunakan cara yang berbeda
dari teman-teman seusianya. Hal ini tidak jarang membuat guru di sekolah
mengalami kewalahan, bahkan sering merasa terganggu dengan anak-anak
seperti itu. Di samping itu anak berbakat istimewa biasanya memiliki
kemampuan menerima informasi dalam jumlah yang besar sekaligus. Jika ia
hanya mendapat sedikit informasi maka ia akan cepat menjadi "kehausan"
akan informasi.
Di kelas Taman Kanak-Kanak atau Sekolah Dasar. Anak-anak berbakat sering
tidak menunjukkan prestasi yang menonjol. Sebaliknya justru menunjukkan
perilaku yang kurang menyenangkan, misalnya: tulsiannya tidak teratur,
mudah bosan dengan cara guru mengajar, terlalu cepat menyelesaikan tugas
tetapi kurang teliti, dan sebagainya. Yang menjadi minat dan
perhatiannya kadang-kadang justru hal-hal yang tidak diajarkan di kelas.
Tulisan anak berbakat sering kurang teratur karena ada perbedaan
perkembangan antara perkembangan kognitif (pemahaman, pikiran) dan
perkembangan motorik, dalam hal ini gerakan tangan dan jari untuk
menulis. Perkembangan pikirannya jauh lebih cepat daripada perkembangan
motoriknya. Demikian juga seringkali ada perbedaan antara perkembangan
kognitif dan perkembangan bahasanya, sehingga dia menjadi berbicara agak
gagap karena pikirannya lebih cepat daripada alat-alat bicara di
mulutnya. Tapi itu tidak terjadi pada semua anak berbakat, hanya
beberapa dari mereka saja.
4. Tujuan dari pendidikan anak berbakat
Tujuan pendidikan anak berbakat adalah agar mereka menguasai sistem
konseptual yang penting sesuai dengan kemampuannya, memiliki
keterampilan yang menjadikannya mandiri dan kreatif, serta mengembangkan
kesenangan dan kegairahan belajar untuk berprestasi.
5. Kebutuhan dan Pelayanan bagi Anak Berbakat
Kebutuhan pendidikan anak berbakat ditinjau dari kepentingan anak
berbakat itu sendiri, yaitu yang berhubungan dengan pengembangan
potensinya yang hebat. Untuk mewujudkan potensi yang hebat itu, anak
berbakat membutuhkan peluang untuk mencapai aktualisasi potensi yang
dimilikinya melalui penggunaan fungsi otak, peluang untuk berinteraksi,
dan pengembangan kreativitas dan motivasi internal untuk belajar
berprestasi. Dari segi kepentingan masyarakat, anak berbakat membutuhkan
kepedulian, pengakomodasian, perwujudan lingkungan yang kaya dengan
pengalaman, dan kesempatan anak berbakat untuk berlatih secara nyata.
Selanjutnya dalam menentukan jenis layanan bagi anak berbakat perlu
memperhatikan beberapa komponen. Komponen persiapan penentunan jenis
layanan seperti: Mengidentifikasi anak berbakat merupakan hal yang tidak
mudah, karena banyak anak berbakat yang tidak menampakkan
keberbakatannya dan tidak dipupuk. Untuk mengidentifikasi anak berbakat,
perlu menentukan alasan atau sebab mencari mereka sehingga dapat
menentukan alat indentifikasi yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.
Misalnya: jika memilih kelompok Matematika, maka pendekatannya harus
mengarah pada penelusuran bakat matematika.
Selanjutnya komponen alternatif implementasi layanan meliputi: ciri khas
layanan, strategi pembelajaran dan evaluasi. Hal-hal yang diperhatikan
dalam ciri khas layanan adalah adaptasi lingkungan belajar seperti usaha
pengorganisasian tempat belajar (sekolah unggulan, kelas khusus, guru
konsultan, ruang sumber, dll). Selain itu ada adaptasi program seperti:
usaha pengayaan, percepatan, pencanggihan, dan pembaharuan program,
serta modifikasi kurikulum (kurikulum plus, dan berdiferensiasi).
Berkaitan dengan strategi pembelajaran bahwa strtategi pembelajaran yang
dipilih harus dapat mengembangkan kemampuan intetelektual dan non
intelektual serta dapat mendorong cara belajar anak berbakat. Karena itu
anak berbakat membutuhkan model layanan khusus seperti bidang
kognitif-afektif, moral, nilai, kreativitas, dan bidang-bidang khusus.
Evaluasi pembelajaran anak berbakat menekankan pada pengukuran dengan
acuan kriteria dan pengukuran acuan norma.
Pemberian program khusus untuk pendidikan anak berbakat ini dibuat
karena anak-anak berbakat mempunyai kebutuhan pendidikan khusus.
Anak-anak ini telah menguasai banyak konsep ketika mereka ditempatkan di
satu kelas tertentu, sehingga sebagian besar waktu sekolah mereka akan
terbuang percuma. Mereka mempunyai kebutuhan yang sama dengan
siswa-siswa lainnya, yaitu kesempatan yang konsisten untuk belajar bahan
baru dan untuk mengembangkan perilaku yang memungkinkan mereka
mengatasi tantangan dan perjuangan dalam belajar sesuatu yang baru. Akan
sangat sulit bagi anak-anak berbakat ini memenuhi kebutuhan tersebut
bila mereka ditempatkan dalam kelas yang heterogen.(Winebrenner &
Devlin, 1996). Anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan dan
minat yang berbeda dari kebanyakan anak-anak sebayanya, maka agak sulit
jika anak berbakat dimasukkan pada sekolah tradisional, bercampur dengan
anak-anak lainnya. Di kelas-kelas seperti itu anak-anak berbakat akan
mendapatkan dua kerugian, yaitu:
(1) anak berbakat akan frustrasi karena tidak mendapat pelayanan yang dibutuhkan,
(2) guru dan teman-teman kelasnya akan bisa sangat terganggu oleh perilaku anak berbakat tadi.
Beberapa pelayanan yang dapat diberikan pada anak berbakat adalah:
• Menyelenggarakan program akselerasi khusus untuk anak-anak berbakat.
Program akselerasi ini yaitu dengan cara "lompat kelas", artinya, anak
dari Taman Kanak-Kanak misalnya tidak harus melalui kelas I Sekolah
Dasar, tetapi langsung ke kelas II, atau bahkan ke kelas III Sekolah
Dasar. Demikian juga dari kelas III Sekolah Dasar bisa saja langsung ke
kelas V jika memang anaknya sudah matang untuk menempuhnya. Jadi program
akselerasi dapat dilakukan untuk seluruh mata pelajaran (akselerasi
kelas atau akselerasi untuk beberapa mata pelajaran saja). Dalam program
akselerasi untuk seluruh mata pelajaran berarti anak tidak perlu
menempuh kelas secara berturutan, tetapi dapat melompati kelas tertentu,
misalnya anak kelas I Sekolah Dasar langsung naik ke kelas III. Dapat
juga program akselerasi hanya diberlakukan untuk mata pelajaran yang
luar biasa saja. Misalnya saja anak kelas I Sekolah Dasar yang berbakat
istimewa dalam bidang matematika, maka ia diperkenankan menempuh
pelajaran matematika di kelas III, tetapi pelajaran lain tetap di kelas
I. Demikian juga kalau ada anak kelas II Sekolah Dasar yang sangat maju
dalam bidang bahasa Inggris, ia boleh mengikuti pelajaran bahasa Inggris
di kelas V atau VI.
• Home-schooling (pendidikan non formal di luar sekolah). Cara lain yang
dapat ditempuh selain model akselerasi adalah memberikan pendidikan
tambahan di rumah atau di luar sekolah, yang sering disebut
home-schooling. Dalam home-schooling orang tua atau tenaga ahli yang
ditunjuk bisa membuat program khusus yang sesuai dengan bakat istimewa
anak yang bersangkutan. Pada suatu ketika jika anak sudah siap kembali
ke sekolah, maka ia bisa saja dikembalikan ke sekolah pada kelas
tertentu yang cocok dengan tingkat perkembangannya.
• Menyelenggarakan kelas-kelas tradisional dengan pendekatan individual.
Dalam model ini biasanya jumlah anak per kelas harus sangat terbatas
sehingga perhatian guru terhadap perbedaan individual masih bisa cukup
memadai, misalnya maksimum 20 anak. Masing-masing anak didorong untuk
belajar menurut ritmenya masing-masing. Anak yang sudah sangat maju
diberi tugas dan materi yang lebih banyak dan lebih mendalam daripada
anak lainnya; sebaliknya anak yang agak lamban diberi materi dan tugas
yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Demikian pula guru harus
siap dengan berbagai bahan yang mungkin akan dipilih oleh anak untuk
dipelajari. Guru dalam hal ini menjadi sangat sibuk dengan memberikan
perhatian individual kepada anak yang berbeda-beda tingkat perkembangan
dan ritme belajarnya.
• Membangun kelas khusus untuk anak berbakat. Dalam hal ini anak-anak
yang memiliki bakat/kemampuan yang kurang lebih sama dikumpulkan dan
diberi pendidikan khusus yang berbeda dari kelas-kelas tradisional bagi
anak-anak seusianya. Kelas seperti ini pun harus merupakan kelas kecil
di mana pendekatan individual lebih diutamakan daripada pendekatan
klasikal. Kelas khusus anak berbakat harus memiliki kurikulum khusus
yang dirancang tersendiri sesuai dengan kebutuhan anak-anak berbakat.
Sistem evaluasi dan pembelajarannyapun harus dibuat yang sesuai dengan
kebutuhan mereka.
Kemampuan dasar atau bakat yang luar biasa yang dimiliki seorang anak
memerlukan serangkaian perangsangan (stimulasi) yang sistematis,
terencana dan terjadwal agar apa yang dimiliki, menjadi actual dan
berfungsi sebaik-baiknya. Membiarkan seorang anak berkembang sesuai
dengan azas kematangan saja akan menyebabkan perkembangan menjadi tidak
sempurna dan bakat-bakat yang luar biasa yang sebenarnya mempunyai
potensi untuk bisa diperkembangkan menjadi tidak berfungsi.
Tanpa pendidikan khusus yang meliputi pengasuhan yang baik, pembinaan
yang terencana dan perangsangan yang tepat, mustahil seorang anak akan
bisa begitu saja mengembangkan bakat-bakatnya yang baik dan mencapai
prestasi yang luar biasa. Tanpa pendidikan khusus, bakat-bakat yang
dimiliki akan terpendam (latent) atau hanya muncul begitu saja dan tidak
berfungsi optimal.
Faktor yang perlu diperhatikan agar mencapai hasil yang diharapkan yakni:
1. Faktor yang ada pada anak itu sendiri, yaitu perlunya mengenal anak.
Mengenal dalam arti mengetahui semua ciri khusus yang ada pada anak
secara obyektif.
2. Faktor kurikulum yang meliputi:
Isi dan cara pelaksanaan yang disesuaikan dengan keadaan anak (child
centered). Kurikulum pada pendidikan khusus tidak terlepas dari
kurikulum dasar yang diberikan untuk anak lain. Kurikulum khusus
diarahkan agar perangsangan-perangsangan yang diberikan mempunyai
pengaruh untuk menambah atau memperkaya program dan tidak semata-mata
untuk mempercepat berfungsinya sesuatu bakat luar biasa yang dimiliki.
Isi kurikulum harus mengarah pada perkembangan kemampuan anak yang
berorientasi inovatif dan tidak reproduktif serta berorientasi untuk
mencapai sesuatu yang tidak hanya sekedar memunculkan apa yang dimiliki
tanpa dilatih menjadi kreatif. Hal lain yang penting adalah tersedianya
faktor lingkungan yang berfungsi menunjang. Tujuan institusional dan
instruksional serta isi kurikulum yang disusun secara khusus bagi anak
berbakat membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai.
Guru yang melaksanakan tugas-tugas kurikuler yang telah digariskan
mempunyai peranan yang penting agar apa yang akan diajarkan bisa
merangsang perkembangan seluruh potensi yang dimiliki serta berhasil
melatih setiap aspek yang berkembang memperlihatkan fungsi-fungsi
kreatif dan produktif.
Mengenai pelaksanaan pendidikan khusus untuk anak berbakat pada umumnya dikelompokkan dalam tiga bentuk:
• “Pemerkayaan” yaitu pembinaan bakat dengan penyediaan kesempatan dan
fasilitas belajar tambahan yang bersifat pendalaman kepada anak berbakat
setelah yang bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas yang diprogramkan
untuk anak pada umumnya (independent study, projects, dan sebagainya).
• “Percepatan” yaitu cara penanganan anak berbakat dengan memperbolehkan
anak naik kelas secara melompat, atau menyelesaikan program reguler di
dalam jangka waktu yang lebih singkat. Variasi bentuk-bentuk percepatan
adalah antara lain early admission, advanced placement, advanced
courses.
• “Pengelompokan Khusus” dilakukan secara penuh atau sebagian, yaitu
bila sejumlah anak berbakat dikumpulkan dan diberi kesempatan untuk
secara khusus memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan
potensinya.
Selain bentuk-bentuk pembinaan tersebut di atas, ada pula cara-cara
pembinaan yang lebih bersifat informal, misalnya dengan pemberian
kesempatan meninjau lembaga-lembaga penelitian-pengembangan yang
relevan, atau pengadaan perlombaan-perlombaan.
Penyiapan Guru Untuk Anak Berbakat
Kualifikasi guru untuk anak berbakat dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
• kualifikasi profesi; Persyaratan profesional / pendidikan antara lain
meliputi: Sudah berpengalaman mengajar, Menguasai berbagai teknik dan
model belajar mengajar, bijaksana dan kreatif mencari berbagai akal dan
cara, mempunyai kemampuan mengelola kegiatan belajar secara individual
dan kelompok, menguasai teknik dan model penilaian, mempunyai kegemaran
membaca dan belajar.
• kualifikasi kepribadian, Persyaratan kepribadian antara lain: bersikap
terbuka terhadap hal-hal baru, peka terhadap perkembangan anak,
mempunyai pertimbangan luas dan dalam, penuh pengertian, mempunyai sikap
toleransi, mempunyai kreativitas yang tinggi, bersikap ingin tahu.
• kualifikasi hubungan social ; persyaratan hubungan sosial antara lain:
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, mudah bergaul dan mampu
memahami dengan cepat tingkah laku orang lain (S.C.U. Munandar, 1981)
Implikasi bagi guru anak berbakat disimpulkan oleh Barbie dan Renzulli (1975) sebagai berikut:
• guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya
dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tetapi juga bagaimana guru
melakukannya.
• guru perlu memiliki pengertian tentang keterbakatan
• guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak.
• Guru memberikan tantangan daripada tekanan
• Guru tidak hanya memperhatikan produk atau hasil belajar siswa, tetapi lebih-lebih proses belajar.
• Guru lebih baik memberikan umpan balik daripada penilaian
• Guru harus menyediakan beberapa alternatif strategi belajar
• Guru hendaknya dapat menciptakan suasana di dalam kelas yang menunjang
rasa harga diri anak serta dimana anak merasa aman dan berani mengambil
resiko dalam menentukan pendapat dan keputusan.
Peran Orang Tua dalam Memupuk Bakat dan Kreativitas Anak
Orang tua yang bijaksana dapat membedakan antara memberi perhatian
terlalu banyak atau terlalu sedikit, antara memberi kesempatan kepada
anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya dan memberi tekanan untuk
berprestasi semaksimal mungkin.
Ada beberapa hal yang memudahkan orang tua agar lebih mantap dalam
menghadapi dan membina anak berbakat (Ginsberg dan Harrison, 1977;
Vernon, 1977) diantaranya adalah:
• anak berbakat itu tetap anak dengan kebutuhan seorang anak. Jika ada
anak-anak lain dalam keluarga, janganlah membandingkan anak berbakat
dengan kakak-adiknya atau sebaliknya.
• Sempatkan diri untuk mendengarkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya
• Berilah kesempatan seluas-luasnya untuk memuaskan rasa ingin tahunnya
dengan menjajaki macam-macam bidang, namun jangan memaksakan minat-minat
tertentu.
• Berilah kesempatan jika anak ingin mendalami suatu bidang, karena belum tentu kesempatan itu ada di sekolah.
• Kerjasama Antara Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama keluarga (orang tua),
sekolah, dan masyarakat. Keluarga dan sekolah dapat bersama-sama
mengusahakan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat, misalnya dalam
memandu dan memupuk minat anak. Tokoh-tokoh dalam masyarakat dapat
menjadi “tutor” untuk anak berbakat yang mempunyai minat yang sama.
6. Pergaulan Anak Berbakat
Anak berbakat akan lebih suka bergaul dengan anak-anak yang lebih tua
dari segi usia, khususnya mereka yang memiliki keunggulan dalam bidang
yang diminati. Misalnya saja ada anak kelas II Sekolah Dasar yang sangat
suka bermain catur dengan orang-orang dewasa, karena jika ia bermain
dengan teman sebayanya rasanya kurang berimbang. Dalam hal ini para
orang tua dan guru harus memakluminya dan membiarkannya sejauh itu tidak
merugikan perkembangan yang lain.
Di dalam keluarga, orangtua mencarikan teman yang cocok bagi anak-anak
berbakat sehingga ia tidak merasa kesepian dalam hidupnya. Jika ia tidak
mendapat teman yang cocok, maka tidak jarang orang tua dan keluarga,
menjadi teman pergaulan mereka. Umumnya anak berbakat lebih suka
bertanya jawab hal-hal yang mendalam daripada hal-hal yang kecil dan
remeh. Kesanggupan orang tua dan keluarga untuk bergaul dengan anak
berbakat akan sangat membantu perkembangan dirinya.
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi terwujudnya bakat seseorang
Banyak faktor-faktor yang menentukan sejauh mana bakat seseorang dapat terwujud.
1. keadaan lingkungan seseorang, seperti: kesempatan, sarana dan
prasarana yang tersedia, sejauh mana dukungan dan dorongan orang tua,
taraf sosial ekonomi orang tua, tempat tinggal, di daerah perkotaan atau
di pedesaan, dan sebagainya.
2. keadaan dari diri orang itu sendiri, seperti minatnya terhadap suatu
bidang, keinginannya untuk berprestasi, dan keuletannya untuk mengatasi
kesulitan atau rintangan yang mungkin timbul.
3. Tingkat kecerdasannya (intelegensi). kecerdasan ditentukan baik oleh
bakat bawaan (berdasarkan gen yang diturunkan dari orang tuanya) maupun
oleh faktor lingkungan (termasuk semua pengalaman dan pendidikan yang
pernah diperoleh seseorang; terutama tahun-tahun pertama dari kehidupan
mempunyai dampak terhadap kecerdasan seseorang).
8. Pelayanan Anak Berbakat Intelektual di Masa yang Akan Datang
Menurut Sidi (2004), model layanan pendidikan lain perlu dikembangkan
oleh pemerintah guna memfasilitasi berbagai macam bidang keberbakatan,
seperti:
• Akselerasi Bidang Studi: akselerasi untuk satu mata pelajaran yang menonjol dan sangat dikuasai siswa
• Mentorship: melayani berapa pun jumlah siswa yang mampu mengikuti
akselerasi, meskipun hanya satu siswa, harus tetap dilayani dengan
metode mentorship atau self paced instruction.
• Sistem Kredit: menggunakan pelayanan akselerasi dengan sistem kredit.
• Pengayaan Materi pada Mata Pelajaran Tertentu: (full out program)
untuk mata pelajaran atau pada hari tertentu saja sehingga anak bisa
tetap bersama dalam kelas dengan anak-anak lainnya.
• Kelas Super Saturday: pelayanan belajar di mana pengayaan materi
dilakukan setiap hari sabtu dalam berbagai bidang di luar mata pelajaran
sekolah, seperti astronomi, psikologi, kelautan dsb. Kerja sama dengan
pihak dari berbagai disiplin dapat membantu memfasilitasi berbagai jenis
keberbakatan.
• Pendirian Pusat Keberbakatan: untuk mewadahi dan memberikan pelayanan
terhadap anak berbakat kesenian, kebudayaan, olah raga dan lain-lain.
• Sertifikasi bagi Guru Pengajar Gifted: sertifikasi ini penting untuk
menjaga kualitas layanan pendidikan anak berbakat dan guru harus dipacu
untuk terus belajar, bahkan sampai gelar strata 3 (Doktor).
Tantangan Pelayanan Pendidikan Anak Berbakat di Masa Depan
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan sebagai tantangan pelayanan
pendidikan anak berbakat di masa depan (Sidi, 2004) antara lain adalah:
1. Dukungan finansial di Indonesia yang belum memadai sehingga sangat
diperlukan sumber dana baik dari luar negeri maupun dari APBN.
2. Perlunya pengembangan organisasi pemerintah yang mewadahi masalah
keberbakatan di Indonesia. Contohnya, menjadikan masalah keberbakatan
menjadi salah satu tugas pokok dan fungsi direktorat jenderal sehingga
ada direktorat yang membawahi masalah seleksi, pelatihan, kurikulum,
program dan personalia.
Strategi Pengembangan di Masa yang Akan Datang
Strategi pengembangan pelayanan pendidikan anak berbakat (Sidi, 2004) meliputi hal-hal berikut:
1. penyediaan, pengadaan dan peningkatan kemampuan SDM yang berkualitas.
2. proses pembelajaran yang berkualitas
3. adanya frekuensi penelitian yang cukup dan berkualitas
4. sosialisasi ke mancanegara (tingkat internasional).
DAFTAR PUSTAKA
Didi Tarsidi - Dosen Universitas Pendidikan Indonesia/Yayasan Mitra Netra (Jaringan Mitra Netra @yahoo.com)
S.C.U. Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992.
Prof. Dr. Ir. Andi Hakim Nasution, dkk., Anak-Anak Berbakat Pembinaan dan Pendidikannya, Jakarta: CV. Rajawali, 1982.
15 Februari 2013 pukul 00.50
andai fotonya berasal dari aktivitas di dalam ruang belajar sd negeri 2 peureulak, bisa lebih pas lagi postingannya....