twitter
rss

SD Negeri 2 Peureulak, patut di banggakan kabarnya telah meraih peringkat pertama Lomba Cerdas Cermat Agama (LCC Agama) ditingkat Kabupaten Aceh Timur.

Ini memang kemenangan mutlak dari nilai atau poin yang diperoleh siswa dan bukan melalui penjurian, oleh karena itu kini Siswa SD Negeri 2 Peureulak bukan hanya milik atau siswa SD Negeri 2 Peureulak melainkan ini juga sudah menjadi siswa yang mewakili sekolah dan UPT Dinas kecamatan lainnya untuk berjuang meraih Juara 1 Provinsi Aceh, yang di persembahkan untuk Kabupaten Aceh Timur.

Maka dalam hal ini, kami selaku pihak Sekolah akan memanfaatkan kesempatan ini dan berusaha sekeras tenaga untuk menjalankan amanah ini. dan kami memohon Do'a serta dukungannya agar yang kita harapkan tercapai.

Pribahasa dari saya selaku penulis jika kapal ingin cepat sampai maka marilah kita dayung bersama-sama.

 Kesuksesan itu adalah perjuangan keras yang tidak mudah didapat, maka tetap berusahalah anak-anakku selagi kamu mampu berjalan diatas kaki sendiri kami akan menuntunmu digerbang keberhasilan. 

Jika rintangan itu terlalu sulit maka kita hadapi bersama jangan takut dengan keadaan dunia luar, buka mata lebar-lebar cahaya yang menyilaukan akan terbiasa kamu pandangi karena kita berada di lembah gelap saat sebelum kamu ketahui apakah dunia luar itu.

buat kami merasa bangga dengan kalian. Apa yang kalian tempuh ini adalah awal dari masa perjuangan, dan bukan akhir dari kemenangan.




Oleh El Fikri





Guru merupakan sosok yang biasanya dianggap sempurna oleh anak didik nya. Seorang guru dianggap memiliki pengetahuan yang luas dan mumpuni. Memiliki kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata. Serta dianggap sosok yang selalu bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan teknologi . Selain itu, guru dianggap punya solusi yang tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh anak didiknya. Maka tak jarang guru menjadi tempat untuk berbagi curhat dan masalah. Baik yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun yang tidak ada hubungan sama sekali. Hal itulah yang menciptakan guru dianggap sosok yang sangat dikagumi dan dihormati. Ditambah mampu menjaga wibawanya dari sifat dan perilaku yang tidak terpuji.



Kita tentu memiliki sosok guru yang mempunyai kriteria di atas. Sosok yang telah mengilhami keberhasilan kita disamping keluarga. Karena bagaimanapun kita tentu banyak berhutang budi pada kesabaran dan ketekunan mereka mengolah kemampuan kita. Dari kita yang tidak mengerti baca tulis, hingga menjadi orang yang memiliki kemampuan dan keberhasilan di atas mereka. Terkadang masih terbayang bagaimana kita dimarahi, dihukum dan diajari berbagai macam pengetahuan. Dan tak jarang pula kita melecehkan dan menggunjing guru kita dibelakang. Ya tentu semoga semua itu menjadi amal untuk mereka guru kita dan juga bagi kita para penuntut ilmu.

Akan tetapi ada yang berubah saat ini. Ada guru yang justru mendapatkan perlakuan yang tidak semestinya. Mereka tidak dihormati oleh anak didiknya. Mendapatkan perlakuan yang kurang simpatik dari anak didiknya. Tidak diindahkan kata-katanya. Disepelekan nasihat dan saran-sarannya. Serta perlakuan jahil yang dilakukan anak didiknya.

Pertanyaan yang muncul adalah, mengapa hal itu terjadi pada guru tersebut?. Tentu kita tidak bisa melihatnya hanya dari satu sisi saja. Karena akan kurang bijak rasanya jika kita hanya menyalahkan pada satu pihak saja. Maka berikut ini adalah penilaian saya akan pertanyaan mengapa guru tak berwibawa di depan siswanya.


Yang pertama adalah guru. Guru hendaknya mampu memberikan contoh dan teladan yang baik bagi anak didiknya. Guru dituntut untuk bisa di gugu dan ditiru. Baik kata-katanya maupun perbuatannya. Artinya guru harus lebih baik tingkah laku dan ucapannya dari anak didiknya. Maka akan sangat tidak berarti jika guru justru melanggar aturan dan ucapan yang mereka ajarkan di sekolah. Ketika guru menyuruh anak didiknya disiplin, mereka juga harus memberikan contoh disiplin. Ketika guru mengajarkan untuk jangan berbohong kepada anak didiknya, maka mereka jangan berbohong. Ketika guru menyuruh untuk menguasai pengetahuan dan tekhnologi, mereka juga harus mengerti dan menguasai tekhnologi saat ini. Sayangnya, keadaan dan perkembangan jaman telah merubah semua itu. Entah karena faktor sengaja atau terpaksa. Tengoklah saat ini, berapa banyak guru-guru yang tidak sesuai dengan ucapan dan perbuatan mereka. Banyak guru sudah tidak disiplin dalam menjalankan kewajiban mereka sebagai guru. Berapa banyak guru yang tidak menguasai materi yang diajarkan. Berapa banyak guru yang masih gaptek dengan teknologi. Sehingga tak jarang kemampuan dan pengetahuan siswa justru melebihi gurunya. Berapa banyak kebohongan yang menjadi budaya di lakukan oleh pihak sekolah. Kebohongan dalam membuat pemberkasan, kebohongan dalam membuat SPJ bantuan, kebohongan dalam meluluskan anak didiknya saat Ujian Nasional. Belum lagi kalau mereka melakukan hal yang tidak terpuji di masyarakat. Karena mereka menjadi guru bukan karena panggilan hati. Tetapi karena terpaksa atau sebagai pelepas image dari status pengangguran. Maka wajar jika tidak sampai membekas makna dari nilai luhur apa yang mereka ajarkan.
Yang kedua adalah siswa. Siswa merupakan pribadi yang memiliki keunikan dan masalah sendiri-sendiri. Artinya guru harus siap menyikapi anak didiknya dengan bijak dan santun. Ada banyak perbedaan tentunya pada anak didik jaman dahulu dengan mereka yang bersekolah di jaman sekarang. Kenakalan yang mereka lakukan tentu lebih banyak dan aneh. Baik yang dilakukan secara individu maupun berjamaah. Dan hal itu tentu tak bisa terlepas dari penggunan dan penguasaan tenknologi yang mereka dapatkan. Betapa semakin mudah perilaku kenakalan dilakukan dan di mobilisasi secara cepat. Oleh karena itu guru tentu harus memiliki akses yang cukup untuk mengatasinya. Sehingga tak perlu ada kasus anak membawa konten porno dalam hp nya. Tapi guru tak bisa membuktikannya. Akibat mereka tidak tahu cara membuka atau menghapusnya. Selain itu, rasa hormat dan patuh secara tulus kepada guru mulai luntur dimiliki para siswa saat ini. Ditambah dengan tontonan sinetron yang mengajarkan perilaku siswa yang tidak senonoh. Misalnya dalam berpakaian, berbicara dan gaya hidup. Sehingga siswa mulai menilai kewibawaan guru dilihat dari kemewahan. Misalnya kendaraan, rumah, atau yang lainnya. Tentu berbeda dengan predikat Umar Bakri yang disandang guru-guru kita dahulu. Sosok yang wajar dengan kesederhanaan namun penuh wibawa.
Dan terakhir adalah orang tua. Orang tua merupakan bagian dari proses keberhasilan anak-anak dalam menyelesaikan pendidikan . Mereka tak cukup hanya memberikan fasilitas dan dana untuk anak mereka. Dituntut peran yang aktif sebagai media untuk membangun hubungan yang baik antar guru, orang tua, dan siswa sebagai objek. Orang tua hendaknya mengerti dan mengikuti perkembangan dan tingkah laku anak mereka melalui pihak sekolah. Sehingga mendapatkan porsi penilaian yang seimbang. Orang tua juga hendaknya memberikan kebebasan dan masukan bagi guru untuk mendidik anak mereka. Sehingga guru merasa memiliki tanggung jawab penuh tanpa harus khawatir dengan ancaman HAM yang berlaku saat ini. Sehingga guru tidak terkesan takut untuk menegakkan disiplin dalam sekolah pada muridnya.


Pertama, tentu buka link http://padamu.siap.web.id/ dan klik login, lalu pilih dan klik akun sekolah, masukkan npsn sekolah anda, password sekolah anda dan login…
Kedua, saat sudah dalam akun, silakan klik gambar di atas yang mirip dengan topi raja seperti gambar dibawah ini


Ketiga, setelah anda mengklik itu maka akan berpindah ke suatu halaman seperti gambar dibawah ini maka klik " +"

 

Keempat, setelah anda melakukan hal tersebut maka akan tampil halaman ini dan segera isi data siswa berdasarkan formulir siswa dan klik " simpan"

Kelima, selanjutnya jika telah mengisi dua atau tiga murid maka silahkan klik tanda "panah ke bawah" (unduh data siswa)


Keenam, saat telah di unduh maka menjadi format exel, daftar siswa terbuka, lihatlah  akan terlihat seperti gambar dibawah ini,  dan isi sesuai dengan formulir siswa, "ingat saat meng upload format tanggal tidak boleh rumus "date" (tanggal)"


Selanjutnya, terakhir maka akan tampilan pop up yang berisi perintah mengupload data siswa seperti gambar dibawah ini, untuk mengetahui format siswa yang mesti diunggah silakan klik unduh format siswa kemudian silakan isi sesuai format tersebut dan jangan lupa filenya harus berekstensi XLS. Kalau sudah mengisi maka silakan klik pilih file dan cari file yang tadi anda simpan lalu klik unggah

lihat gambar: 


lalu jangan lupa untuk mencetak kode aktivasi


Dan selamat…anda selesai mengerjakannya untuk satu bagian…

Salam jabat hati…
PADAMU NEGERI



Oleh Lalu Hamdian Affandi di Grup Peduli Pendidikan Inovatif & Ramah Masa Depan Anak (Berkas)


persoalan pendidikan yang paling mendesak dewasa ini adalah menggemuruhnya keluhan dari masyarakat yang berkaitan dengan perilaku anak yang notabene merupakan siswa sekolah, atau lulusan dari sekolah yang merupakan produk sistem pendidikan kita. keluhan itu berkisar dari perilaku senang hura-hura, konsumsi narkoba, pergaulan bebas, selebritis wana be, serta seabrek keluhan lainnya.


persoalan-persoalan itu, memang tidak murni menjadi tanggung jawab sekolah. dalam hitungan kasar dan goblok yang saya lakukan, saya menyimpulkan bahwa waktu yang digunakan siswa di luar sekolah jauh lebih besar dari waktu yang dihabiskan siswa di sekolah. karena itu, menjadi sangat tidak fair ketika kita kemudian menyalahkan sekolah sebagai pihak yang paling bertanggung jawab karena belum mampu menghilangkan perilaku menyimpang itu.


jika dianalisis, sebab-sebab perilaku menyimpang itu antara lain : situasi lingkungan tempat tinggal siswa, termasuk kondisi keluarga, teman sebaya,situasi masyarakat secara umum, serta pengaruh media massa.


hasil penelitian mazdalifah menunjukkan bahwa anak yang menonton televisi menganggap tayangan televisi sebagai hal nyata dan cenderung meniru apa yang ditayangkan di televisi (2004). pada saat yang sama, pengalaman emosional anak di lingkungan masyarakat juga menjadi kerangka rujukannya dalam bertindak. hal ini dibuktikan oleh penelitian abdi stepu terhadap pola perilaku remaja yang dibesarkan di lingkungan prostitusi (2004). lebih jauh lagi, pola-pola asuh orang tua memberikan dampak signifikan terhadap pola perilaku anak di sekolah dan lingkungan masyarakat (Garliah dan Nasution, 2005). kesimpulannya, pola-pola perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak dan remaja lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar lingkungan sekolah.


lantas bagaimana sekolah harus menyikapinya? pertanyaan ini ingin saya jawab dengan ringkasan sebuah hasil penelitian pengembangan yang dilakukan Ajat Sudrajat dan Marzuki, dua orang dosen fakultas ilmu sosial dan ekonomi universitas negeri yogyakarta yang bercita-cita mengembangkan model pengembangan kultur akhlak mulia pada beberapa SMP di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Yogyakarta dari tahun 2009 sampai 2010. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk membentuk akhlak yang baik di sekolah, diperlukan tindakan sistematis berupa :


1. Sekolah sebaiknya merumuskan visi, misi, dan tujuan sekolah yang secara tegas


menyebutkan keinginan terwujudnya kultur akhlak mulia di sekolah; 2. cukup penting diperhatikan


perlunya persepsi yang sama di antara warga sekolah bahkan juga persepsi orang tua siswa dan masyarakat dan didukung oleh pimpinan sekolah (kepala sekolah) yang memiliki komitmen tinggi; 3.diperlukan program-program sekolah yang secara tegas dan rinci mendukung terwujudnya kultur akhlak mulia tersebut; 4.Pengembangan kultur akhlak mulia di sekolah juga memerlukan peraturan atau tata tertib sekolah yang tegas dan rinci; 5.Agar pengembangan kultur akhlak mulia lebih efektif, diperlukan keteladanan dari para guru (termasuk kepala sekolah) dan para karyawan; 6. Diperlukan juga dukungan nyata dari komite sekolah baik secara moral maupun


material demi kelancaran pengembangan kultur akhlak mulia di sekolah ini; 7. Orang tua siswa dan masyarakat juga berpengaruh besar dalam pengembangan kultur akhlak mulia di kalangan siswa, terutama di luar sekolah; 8. Tiga pusat pendidikan seharusnya seiring dan sejalan (sinergis) demi kelancaran pengembangan kultur akhlak mulia bagi para siswa; 9. Membangun komunikasi yang harmonis antara guru, orang tua siswa, dan masyarakat dalam rangka mewujudkan kultur akhlak mulia di kalangan siswa di sekolah juga sangat penting diadakan.


jika hasil penelitian itu diringkas lagi, maka beberapa pilar pembentukan akhlak mulia di sekolah adalah : dibutuhkan visi pembentukan akhlak mulia disertai rangkaian kebijakan dan komitmen serta tata tertib yang jelas serta tegas; keteladanan dari seluruh stakeholder pendidikan seperti kepala sekolah, guru, karyawan sekolah, dan orang tua; jalinan komunikasi yang menghasilkan kerja sama yang apik antara sekolah dengan masyarakat. jadi, terlalu prematur dan mengada-ada kalau mencita-citakan perubahan akhlak siswa hanya melalui pembelajaran di kelas, apalagi hanya mengandalkan Pendekatan, strategi, atau model pembelajaran tertentu.



Laporkan · 14 Juli 2011 pukul 9:38



Oleh Da Untuk Be di Grup Peduli Pendidikan Inovatif & Ramah Masa Depan Anak (Berkas)













Hari itu, aku melihat seorang anak yang berpakaian lusuh dan cukup kotor menuju rumah salah seorang temannya. Pakaiannya itu sebenarnya berwarna putih, tapi menjadi kecoklatan dengan bercak-bercak hitam di beberapa sisi. Dia menyandang tas samping. Awlnya ku fikir ia tengah mengajak temannya bermain selepas bermain dengan teman yang sebelumnya. Ternyata bukan, dia memanggil temannya itu untuk pergi mengaji. Aku langsung heran dan bertanya kepada salah seorang Ibu yang menurutku tahu tentang anak itu.


“Ibu, kenapa pakaian anak itu kotor ? Bukankah dia mau pergi mengaji? Kenapa dia tidak mengganti pakaiannya?” Tanyaku.


”Itu memang pakaian mengajinya. Orang tuanya sepertinya tidak mempedulikannya, makanya dia selalu berpenampilan demikian meskipun untuk pergi mengaji sekalipun. Selain karena kurangnya perhatian, dia itu memang berasal dari keluarga kurang mampu.” Jawab sang Ibu tersebut.


”Kasihan sekali kita melihatnya.” Lanjut Ibu itu.






Sedikit meluangkan waktu dan karena sedikit penasaran, aku bertanya lagi kepada Ibu itu mengenai anak tersebut. ”Ibu,.. Maaf, apa Ibu dari anak itu masih ada? Ayahnya? Bagaimana dengan saudaranya yang lain? Kakaknya apakah ada? Dan rumahnya di mana?


Ibu itu menjawab,”Ibunya masih ada. Ayahnya sudah tidak tinggal bersamanya karena kedua orang tuanya bercerai. Dia itu anak satu-satunya. Jadi, sekarang dia hanya tinggal bertiga bersama Ibu dan neneknya di rumah sederhana yang juga sudah tinggal satu kamar itu akibat gempa kemaren.”






Ya Allah…. Anak sekecil itu harus mendapatkan cobaan yang demikian??


Dia hidup dalam kekurangan materi, lalu apakan harus dia juga hidup kekurangan kasih sayang orang tuanya dan orang-orang sekitarnya??


Pernahkah terfikir oleh kita bahwa di sekitar kita masih banyak peri-peri kecil yang butuh kasih sayang kita??






Tuhan,,, Melihatnya aku takut…


Aku takut jika sekarang, esok, atau sampai saat nanti ia hidup tanpa tahu bagaimana rasa sayang hingga ia menjadi anak yang tidak pandai menyayangi.


Aku takut jika ia tumbuh menjadi anak yang selalu merasa rendah diri karena kekuranggannya dan karena tidak ada seorang pun yang menghargai serta mengacuhkannya.






Wahai engkau bocah kecilku… Adikku…


Andai aku punya istana yang di dalamnya hidup malaikat-malaikat penuh kasih sayang, maka engkau sekalian akan ku biarkan menikmatinya sepuas hatimu walau aku harus hidup di kejamnya panas mentari di luar sana.


Tuhan… Bolehkan aku ini hidup untuk mereka??? Bolehkan aku tetap melihat senyum mereka..??


Ketakutan dan kesedihanku adalah ketika mereka enggan berkumpul bersama teman-teman sebaya yang mereka lihat jauh lebih mapan dari mereka. Sungguh.. sungguh aku takut jika mereka menjauh dan merasa hina dibanding orang-orang kaya itu sementara sebenarnya mereka lebih mulia dari si kaya…


Oh tuhan…. Jangan biarkan rasa hina mengerogoti jiwa mereka. Tetap senangkan hatinya. Hati si kecilku yang kehilangan masa kecilnya bersama kedua Ibu Bapaknya itu.






Adik-adikku.. anak-anakku…


Kelak, jika kalian melihatku datang, mendekatlah padaku… Jangan pernah takuti aku ya… Senyum dan melihat kalian tertawa adalah kebahagiaan terbesarku…






Teman, seoarng anak, meskipun bukan anak kandung kita, saudara kandung kita, atau pun family dekat kita, mereka tetaplah anak kita. Meraka anaknya semua orang muslimin…


Jangan pernah acuhkan mereka sekalipun ia terlihat tidak seperti layknya setiap orang berpenampilan. Mereka hanya butuh kepedulian kita.. Jikalau pun tidak mampu berbuat banyak, jangan pernah sakiti mereka dengan menunjukkan kebencian, cemoohan, atau pun rasa jijik terhadap mereka..






Bayangkanlah teman,, Betapa pilunya hati mereka ketika melihat kita menjauhi mereka…


Astaghfirullah.. Astaghfirullahal”adziim…


Jangan sampai kita membuat hati mereka sedih kemudian membuat mereka terisak menangis pilu di hatinya…


Allah Arrahman dan Arrahim… Dan semoga sifatnya Allah tetap bermekaran di hati kita, bukan malah luntur dikikis oleh sifat yang ditancapkan oleh syaitan..


Teman, maaf ya kalau kelihatannya seperti menggurui.. si “AKU” tdk bermaksud apa-apa. Dia hanya mencoba menuangkan apa yang ia lihat, cerna, dan ia rasa. Si “AKU” bukan orang yang baik, tp ia ingin menjadi baik. Dan ia sadar bahwa butuh waktu yang lama untuk menjadikannya baik karena begitu jauhnya dia dari kebaikan itu.