twitter
rss



Dengan adanya situs siap padamu negeri seluruh NUPTK benar-benar mutakhir datanya namun hal ini menjadi polemik bagi Guru-Guru di seluruh nusantara, dikarenakan adanya kepemilikan NUPTK yang doble dan adanya pemindahan tangan antara si pemilik NUPTK yang sah, dengan si pemilik yang tidak sah, ini seharusnya menjadi perhatian bagi pengurus situs Padamu Negeri SIAP Online, dengan tingkat pelatihan yang sangat singkat dan tidak merata, hal ini menjadi tindak yang terpaksa, walaupun situs ini telah diresmiikan pada tanggal 3 Juni 2013 bulan lalu, waktu yang panjang ini terasa singkat bagi para operator.
Mengapa singkat kan sudah mulai dari bulan juni 2013? dikarenakan :

1.Setiap daerah punya pengaturan dan penetapan tanggal kalender pendidikan yang berbeda. sehingga pengisian data terjadi pada saat libur semester, puasa, dan Hari Raya. membuat operator dan Guru menjadi terbatas untuk bekomunikasi secara langsung

2. Situs ini diresmikan pada 3 Juni 2013, sementara para operator baru memahami dan baru langkah awal pengisian data bukan lanjutan, hal ini menyebabkan timbulnya masalah-masalah baru yang belum terselesaikan, sementara para guru belum begitu memahami pengisian data, kami para operator sudah di sibukkan dengan membimbing Guru yang belum bisa, di tambah dengan bimbingan EDS siswa dan disibukkan dengan hari pertama kerja setelah libur panjang dan tahun ajaran baru, dari mulai merubah laporan bulanan sekolah, pelaporan Dana Bos, pembuatan Absen siswa, pemasukkan biodata PSB, dll. hal ini menyebabkan Operator bingung sehingga pekerjaan terbengkalai

3. Ini yang perlu pengurus PADAMU NEGERI KEMDIKBUD SIAP Online Pahami, masalah Doble NUPTK, Pemindahan tangan, dan Pertengkaran Mulut para Pemilik Nuptk yang bermasalah membuat keterlambatan semakin berlarut-larut, hingga akhir penutupan masalah ini tidak terselesaikan.

saya selaku Guru dan Operator sekolah ingin mewakili seluruh Operator dan Guru, untuk mengungkapkan keluhan ini agar menjadi bahan pemikiran para pemangku Jabatan di lingkungan Pendidikan.
dan saya turut mengucapkan salut untuk dunia pendidikan kita yang sudah memajukan pendidikan ini sehingga begitu elit dan di segani.

izin saya ERLI TARONA PUTRA
Guru & Operator Sekolah SD Negeri 2 Peureulak, Aceh, Indonesia


SD Negeri 2 Peureulak, patut di banggakan kabarnya telah meraih peringkat pertama Lomba Cerdas Cermat Agama (LCC Agama) ditingkat Kabupaten Aceh Timur.

Ini memang kemenangan mutlak dari nilai atau poin yang diperoleh siswa dan bukan melalui penjurian, oleh karena itu kini Siswa SD Negeri 2 Peureulak bukan hanya milik atau siswa SD Negeri 2 Peureulak melainkan ini juga sudah menjadi siswa yang mewakili sekolah dan UPT Dinas kecamatan lainnya untuk berjuang meraih Juara 1 Provinsi Aceh, yang di persembahkan untuk Kabupaten Aceh Timur.

Maka dalam hal ini, kami selaku pihak Sekolah akan memanfaatkan kesempatan ini dan berusaha sekeras tenaga untuk menjalankan amanah ini. dan kami memohon Do'a serta dukungannya agar yang kita harapkan tercapai.

Pribahasa dari saya selaku penulis jika kapal ingin cepat sampai maka marilah kita dayung bersama-sama.

 Kesuksesan itu adalah perjuangan keras yang tidak mudah didapat, maka tetap berusahalah anak-anakku selagi kamu mampu berjalan diatas kaki sendiri kami akan menuntunmu digerbang keberhasilan. 

Jika rintangan itu terlalu sulit maka kita hadapi bersama jangan takut dengan keadaan dunia luar, buka mata lebar-lebar cahaya yang menyilaukan akan terbiasa kamu pandangi karena kita berada di lembah gelap saat sebelum kamu ketahui apakah dunia luar itu.

buat kami merasa bangga dengan kalian. Apa yang kalian tempuh ini adalah awal dari masa perjuangan, dan bukan akhir dari kemenangan.




Oleh El Fikri





Guru merupakan sosok yang biasanya dianggap sempurna oleh anak didik nya. Seorang guru dianggap memiliki pengetahuan yang luas dan mumpuni. Memiliki kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata. Serta dianggap sosok yang selalu bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan teknologi . Selain itu, guru dianggap punya solusi yang tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh anak didiknya. Maka tak jarang guru menjadi tempat untuk berbagi curhat dan masalah. Baik yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun yang tidak ada hubungan sama sekali. Hal itulah yang menciptakan guru dianggap sosok yang sangat dikagumi dan dihormati. Ditambah mampu menjaga wibawanya dari sifat dan perilaku yang tidak terpuji.



Kita tentu memiliki sosok guru yang mempunyai kriteria di atas. Sosok yang telah mengilhami keberhasilan kita disamping keluarga. Karena bagaimanapun kita tentu banyak berhutang budi pada kesabaran dan ketekunan mereka mengolah kemampuan kita. Dari kita yang tidak mengerti baca tulis, hingga menjadi orang yang memiliki kemampuan dan keberhasilan di atas mereka. Terkadang masih terbayang bagaimana kita dimarahi, dihukum dan diajari berbagai macam pengetahuan. Dan tak jarang pula kita melecehkan dan menggunjing guru kita dibelakang. Ya tentu semoga semua itu menjadi amal untuk mereka guru kita dan juga bagi kita para penuntut ilmu.

Akan tetapi ada yang berubah saat ini. Ada guru yang justru mendapatkan perlakuan yang tidak semestinya. Mereka tidak dihormati oleh anak didiknya. Mendapatkan perlakuan yang kurang simpatik dari anak didiknya. Tidak diindahkan kata-katanya. Disepelekan nasihat dan saran-sarannya. Serta perlakuan jahil yang dilakukan anak didiknya.

Pertanyaan yang muncul adalah, mengapa hal itu terjadi pada guru tersebut?. Tentu kita tidak bisa melihatnya hanya dari satu sisi saja. Karena akan kurang bijak rasanya jika kita hanya menyalahkan pada satu pihak saja. Maka berikut ini adalah penilaian saya akan pertanyaan mengapa guru tak berwibawa di depan siswanya.


Yang pertama adalah guru. Guru hendaknya mampu memberikan contoh dan teladan yang baik bagi anak didiknya. Guru dituntut untuk bisa di gugu dan ditiru. Baik kata-katanya maupun perbuatannya. Artinya guru harus lebih baik tingkah laku dan ucapannya dari anak didiknya. Maka akan sangat tidak berarti jika guru justru melanggar aturan dan ucapan yang mereka ajarkan di sekolah. Ketika guru menyuruh anak didiknya disiplin, mereka juga harus memberikan contoh disiplin. Ketika guru mengajarkan untuk jangan berbohong kepada anak didiknya, maka mereka jangan berbohong. Ketika guru menyuruh untuk menguasai pengetahuan dan tekhnologi, mereka juga harus mengerti dan menguasai tekhnologi saat ini. Sayangnya, keadaan dan perkembangan jaman telah merubah semua itu. Entah karena faktor sengaja atau terpaksa. Tengoklah saat ini, berapa banyak guru-guru yang tidak sesuai dengan ucapan dan perbuatan mereka. Banyak guru sudah tidak disiplin dalam menjalankan kewajiban mereka sebagai guru. Berapa banyak guru yang tidak menguasai materi yang diajarkan. Berapa banyak guru yang masih gaptek dengan teknologi. Sehingga tak jarang kemampuan dan pengetahuan siswa justru melebihi gurunya. Berapa banyak kebohongan yang menjadi budaya di lakukan oleh pihak sekolah. Kebohongan dalam membuat pemberkasan, kebohongan dalam membuat SPJ bantuan, kebohongan dalam meluluskan anak didiknya saat Ujian Nasional. Belum lagi kalau mereka melakukan hal yang tidak terpuji di masyarakat. Karena mereka menjadi guru bukan karena panggilan hati. Tetapi karena terpaksa atau sebagai pelepas image dari status pengangguran. Maka wajar jika tidak sampai membekas makna dari nilai luhur apa yang mereka ajarkan.
Yang kedua adalah siswa. Siswa merupakan pribadi yang memiliki keunikan dan masalah sendiri-sendiri. Artinya guru harus siap menyikapi anak didiknya dengan bijak dan santun. Ada banyak perbedaan tentunya pada anak didik jaman dahulu dengan mereka yang bersekolah di jaman sekarang. Kenakalan yang mereka lakukan tentu lebih banyak dan aneh. Baik yang dilakukan secara individu maupun berjamaah. Dan hal itu tentu tak bisa terlepas dari penggunan dan penguasaan tenknologi yang mereka dapatkan. Betapa semakin mudah perilaku kenakalan dilakukan dan di mobilisasi secara cepat. Oleh karena itu guru tentu harus memiliki akses yang cukup untuk mengatasinya. Sehingga tak perlu ada kasus anak membawa konten porno dalam hp nya. Tapi guru tak bisa membuktikannya. Akibat mereka tidak tahu cara membuka atau menghapusnya. Selain itu, rasa hormat dan patuh secara tulus kepada guru mulai luntur dimiliki para siswa saat ini. Ditambah dengan tontonan sinetron yang mengajarkan perilaku siswa yang tidak senonoh. Misalnya dalam berpakaian, berbicara dan gaya hidup. Sehingga siswa mulai menilai kewibawaan guru dilihat dari kemewahan. Misalnya kendaraan, rumah, atau yang lainnya. Tentu berbeda dengan predikat Umar Bakri yang disandang guru-guru kita dahulu. Sosok yang wajar dengan kesederhanaan namun penuh wibawa.
Dan terakhir adalah orang tua. Orang tua merupakan bagian dari proses keberhasilan anak-anak dalam menyelesaikan pendidikan . Mereka tak cukup hanya memberikan fasilitas dan dana untuk anak mereka. Dituntut peran yang aktif sebagai media untuk membangun hubungan yang baik antar guru, orang tua, dan siswa sebagai objek. Orang tua hendaknya mengerti dan mengikuti perkembangan dan tingkah laku anak mereka melalui pihak sekolah. Sehingga mendapatkan porsi penilaian yang seimbang. Orang tua juga hendaknya memberikan kebebasan dan masukan bagi guru untuk mendidik anak mereka. Sehingga guru merasa memiliki tanggung jawab penuh tanpa harus khawatir dengan ancaman HAM yang berlaku saat ini. Sehingga guru tidak terkesan takut untuk menegakkan disiplin dalam sekolah pada muridnya.


Pertama, tentu buka link http://padamu.siap.web.id/ dan klik login, lalu pilih dan klik akun sekolah, masukkan npsn sekolah anda, password sekolah anda dan login…
Kedua, saat sudah dalam akun, silakan klik gambar di atas yang mirip dengan topi raja seperti gambar dibawah ini


Ketiga, setelah anda mengklik itu maka akan berpindah ke suatu halaman seperti gambar dibawah ini maka klik " +"

 

Keempat, setelah anda melakukan hal tersebut maka akan tampil halaman ini dan segera isi data siswa berdasarkan formulir siswa dan klik " simpan"

Kelima, selanjutnya jika telah mengisi dua atau tiga murid maka silahkan klik tanda "panah ke bawah" (unduh data siswa)


Keenam, saat telah di unduh maka menjadi format exel, daftar siswa terbuka, lihatlah  akan terlihat seperti gambar dibawah ini,  dan isi sesuai dengan formulir siswa, "ingat saat meng upload format tanggal tidak boleh rumus "date" (tanggal)"


Selanjutnya, terakhir maka akan tampilan pop up yang berisi perintah mengupload data siswa seperti gambar dibawah ini, untuk mengetahui format siswa yang mesti diunggah silakan klik unduh format siswa kemudian silakan isi sesuai format tersebut dan jangan lupa filenya harus berekstensi XLS. Kalau sudah mengisi maka silakan klik pilih file dan cari file yang tadi anda simpan lalu klik unggah

lihat gambar: 


lalu jangan lupa untuk mencetak kode aktivasi


Dan selamat…anda selesai mengerjakannya untuk satu bagian…

Salam jabat hati…
PADAMU NEGERI



Oleh Lalu Hamdian Affandi di Grup Peduli Pendidikan Inovatif & Ramah Masa Depan Anak (Berkas)


persoalan pendidikan yang paling mendesak dewasa ini adalah menggemuruhnya keluhan dari masyarakat yang berkaitan dengan perilaku anak yang notabene merupakan siswa sekolah, atau lulusan dari sekolah yang merupakan produk sistem pendidikan kita. keluhan itu berkisar dari perilaku senang hura-hura, konsumsi narkoba, pergaulan bebas, selebritis wana be, serta seabrek keluhan lainnya.


persoalan-persoalan itu, memang tidak murni menjadi tanggung jawab sekolah. dalam hitungan kasar dan goblok yang saya lakukan, saya menyimpulkan bahwa waktu yang digunakan siswa di luar sekolah jauh lebih besar dari waktu yang dihabiskan siswa di sekolah. karena itu, menjadi sangat tidak fair ketika kita kemudian menyalahkan sekolah sebagai pihak yang paling bertanggung jawab karena belum mampu menghilangkan perilaku menyimpang itu.


jika dianalisis, sebab-sebab perilaku menyimpang itu antara lain : situasi lingkungan tempat tinggal siswa, termasuk kondisi keluarga, teman sebaya,situasi masyarakat secara umum, serta pengaruh media massa.


hasil penelitian mazdalifah menunjukkan bahwa anak yang menonton televisi menganggap tayangan televisi sebagai hal nyata dan cenderung meniru apa yang ditayangkan di televisi (2004). pada saat yang sama, pengalaman emosional anak di lingkungan masyarakat juga menjadi kerangka rujukannya dalam bertindak. hal ini dibuktikan oleh penelitian abdi stepu terhadap pola perilaku remaja yang dibesarkan di lingkungan prostitusi (2004). lebih jauh lagi, pola-pola asuh orang tua memberikan dampak signifikan terhadap pola perilaku anak di sekolah dan lingkungan masyarakat (Garliah dan Nasution, 2005). kesimpulannya, pola-pola perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak dan remaja lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar lingkungan sekolah.


lantas bagaimana sekolah harus menyikapinya? pertanyaan ini ingin saya jawab dengan ringkasan sebuah hasil penelitian pengembangan yang dilakukan Ajat Sudrajat dan Marzuki, dua orang dosen fakultas ilmu sosial dan ekonomi universitas negeri yogyakarta yang bercita-cita mengembangkan model pengembangan kultur akhlak mulia pada beberapa SMP di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Yogyakarta dari tahun 2009 sampai 2010. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk membentuk akhlak yang baik di sekolah, diperlukan tindakan sistematis berupa :


1. Sekolah sebaiknya merumuskan visi, misi, dan tujuan sekolah yang secara tegas


menyebutkan keinginan terwujudnya kultur akhlak mulia di sekolah; 2. cukup penting diperhatikan


perlunya persepsi yang sama di antara warga sekolah bahkan juga persepsi orang tua siswa dan masyarakat dan didukung oleh pimpinan sekolah (kepala sekolah) yang memiliki komitmen tinggi; 3.diperlukan program-program sekolah yang secara tegas dan rinci mendukung terwujudnya kultur akhlak mulia tersebut; 4.Pengembangan kultur akhlak mulia di sekolah juga memerlukan peraturan atau tata tertib sekolah yang tegas dan rinci; 5.Agar pengembangan kultur akhlak mulia lebih efektif, diperlukan keteladanan dari para guru (termasuk kepala sekolah) dan para karyawan; 6. Diperlukan juga dukungan nyata dari komite sekolah baik secara moral maupun


material demi kelancaran pengembangan kultur akhlak mulia di sekolah ini; 7. Orang tua siswa dan masyarakat juga berpengaruh besar dalam pengembangan kultur akhlak mulia di kalangan siswa, terutama di luar sekolah; 8. Tiga pusat pendidikan seharusnya seiring dan sejalan (sinergis) demi kelancaran pengembangan kultur akhlak mulia bagi para siswa; 9. Membangun komunikasi yang harmonis antara guru, orang tua siswa, dan masyarakat dalam rangka mewujudkan kultur akhlak mulia di kalangan siswa di sekolah juga sangat penting diadakan.


jika hasil penelitian itu diringkas lagi, maka beberapa pilar pembentukan akhlak mulia di sekolah adalah : dibutuhkan visi pembentukan akhlak mulia disertai rangkaian kebijakan dan komitmen serta tata tertib yang jelas serta tegas; keteladanan dari seluruh stakeholder pendidikan seperti kepala sekolah, guru, karyawan sekolah, dan orang tua; jalinan komunikasi yang menghasilkan kerja sama yang apik antara sekolah dengan masyarakat. jadi, terlalu prematur dan mengada-ada kalau mencita-citakan perubahan akhlak siswa hanya melalui pembelajaran di kelas, apalagi hanya mengandalkan Pendekatan, strategi, atau model pembelajaran tertentu.



Laporkan · 14 Juli 2011 pukul 9:38



Oleh Da Untuk Be di Grup Peduli Pendidikan Inovatif & Ramah Masa Depan Anak (Berkas)













Hari itu, aku melihat seorang anak yang berpakaian lusuh dan cukup kotor menuju rumah salah seorang temannya. Pakaiannya itu sebenarnya berwarna putih, tapi menjadi kecoklatan dengan bercak-bercak hitam di beberapa sisi. Dia menyandang tas samping. Awlnya ku fikir ia tengah mengajak temannya bermain selepas bermain dengan teman yang sebelumnya. Ternyata bukan, dia memanggil temannya itu untuk pergi mengaji. Aku langsung heran dan bertanya kepada salah seorang Ibu yang menurutku tahu tentang anak itu.


“Ibu, kenapa pakaian anak itu kotor ? Bukankah dia mau pergi mengaji? Kenapa dia tidak mengganti pakaiannya?” Tanyaku.


”Itu memang pakaian mengajinya. Orang tuanya sepertinya tidak mempedulikannya, makanya dia selalu berpenampilan demikian meskipun untuk pergi mengaji sekalipun. Selain karena kurangnya perhatian, dia itu memang berasal dari keluarga kurang mampu.” Jawab sang Ibu tersebut.


”Kasihan sekali kita melihatnya.” Lanjut Ibu itu.






Sedikit meluangkan waktu dan karena sedikit penasaran, aku bertanya lagi kepada Ibu itu mengenai anak tersebut. ”Ibu,.. Maaf, apa Ibu dari anak itu masih ada? Ayahnya? Bagaimana dengan saudaranya yang lain? Kakaknya apakah ada? Dan rumahnya di mana?


Ibu itu menjawab,”Ibunya masih ada. Ayahnya sudah tidak tinggal bersamanya karena kedua orang tuanya bercerai. Dia itu anak satu-satunya. Jadi, sekarang dia hanya tinggal bertiga bersama Ibu dan neneknya di rumah sederhana yang juga sudah tinggal satu kamar itu akibat gempa kemaren.”






Ya Allah…. Anak sekecil itu harus mendapatkan cobaan yang demikian??


Dia hidup dalam kekurangan materi, lalu apakan harus dia juga hidup kekurangan kasih sayang orang tuanya dan orang-orang sekitarnya??


Pernahkah terfikir oleh kita bahwa di sekitar kita masih banyak peri-peri kecil yang butuh kasih sayang kita??






Tuhan,,, Melihatnya aku takut…


Aku takut jika sekarang, esok, atau sampai saat nanti ia hidup tanpa tahu bagaimana rasa sayang hingga ia menjadi anak yang tidak pandai menyayangi.


Aku takut jika ia tumbuh menjadi anak yang selalu merasa rendah diri karena kekuranggannya dan karena tidak ada seorang pun yang menghargai serta mengacuhkannya.






Wahai engkau bocah kecilku… Adikku…


Andai aku punya istana yang di dalamnya hidup malaikat-malaikat penuh kasih sayang, maka engkau sekalian akan ku biarkan menikmatinya sepuas hatimu walau aku harus hidup di kejamnya panas mentari di luar sana.


Tuhan… Bolehkan aku ini hidup untuk mereka??? Bolehkan aku tetap melihat senyum mereka..??


Ketakutan dan kesedihanku adalah ketika mereka enggan berkumpul bersama teman-teman sebaya yang mereka lihat jauh lebih mapan dari mereka. Sungguh.. sungguh aku takut jika mereka menjauh dan merasa hina dibanding orang-orang kaya itu sementara sebenarnya mereka lebih mulia dari si kaya…


Oh tuhan…. Jangan biarkan rasa hina mengerogoti jiwa mereka. Tetap senangkan hatinya. Hati si kecilku yang kehilangan masa kecilnya bersama kedua Ibu Bapaknya itu.






Adik-adikku.. anak-anakku…


Kelak, jika kalian melihatku datang, mendekatlah padaku… Jangan pernah takuti aku ya… Senyum dan melihat kalian tertawa adalah kebahagiaan terbesarku…






Teman, seoarng anak, meskipun bukan anak kandung kita, saudara kandung kita, atau pun family dekat kita, mereka tetaplah anak kita. Meraka anaknya semua orang muslimin…


Jangan pernah acuhkan mereka sekalipun ia terlihat tidak seperti layknya setiap orang berpenampilan. Mereka hanya butuh kepedulian kita.. Jikalau pun tidak mampu berbuat banyak, jangan pernah sakiti mereka dengan menunjukkan kebencian, cemoohan, atau pun rasa jijik terhadap mereka..






Bayangkanlah teman,, Betapa pilunya hati mereka ketika melihat kita menjauhi mereka…


Astaghfirullah.. Astaghfirullahal”adziim…


Jangan sampai kita membuat hati mereka sedih kemudian membuat mereka terisak menangis pilu di hatinya…


Allah Arrahman dan Arrahim… Dan semoga sifatnya Allah tetap bermekaran di hati kita, bukan malah luntur dikikis oleh sifat yang ditancapkan oleh syaitan..


Teman, maaf ya kalau kelihatannya seperti menggurui.. si “AKU” tdk bermaksud apa-apa. Dia hanya mencoba menuangkan apa yang ia lihat, cerna, dan ia rasa. Si “AKU” bukan orang yang baik, tp ia ingin menjadi baik. Dan ia sadar bahwa butuh waktu yang lama untuk menjadikannya baik karena begitu jauhnya dia dari kebaikan itu.



Salam PADAMU NEGERI

Formulir berlangganan SIAP Dinas (45)

Formulir berlangganan SIAP Guru (1137)

Formulir berlangganan SIAP Ortu (953)

Formulir berlangganan SIAP Siswa (1359)
Formulir klaim akun SIAP Online (89)
Formulir pengajuan SIAP PSB Online (79)
Formulir Verifikasi Akun SIAP Sekolah (2405)





Kepada pengguna PADAMU NEGERI seIndonesia,


Kami informasikan bahwa pengaktifkan akun siswa dan pelaksanaan EDS Siswa secara independen dapat mulai dilaksanakan pada:

Hari : Senin

Tanggal : 19 Agustus 2013

Pukul : 17.00 WIB


Pada EDS Siswa mensyaratkan setiap siswa wajib memiliki akun login untuk akses ke PADAMU NEGERI dengan tata cara sebagai berikut:
Admin/Operator Sekolah mendaftarkan data akun siswa melalui SIAP Sekolah Edisi Gratis masing-masing.
Admin/Operator mencetak surat tanda bukti akun login setiap siswa dan diserahkan kepada siswa bersangkutan.
Siswa login ke situs http://padamu.siap.web.id dan mengisi angket EDS secara online langsung mandiri.
Jumlah siswa per sekolah untuk mengisi angket EDS minimal 30 koresponden.

Untuk Panduan EDS Siswa silakan unduh disini


Demikian informasi ini disampaikan, terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya. Mari kita sukseskan bersama mengisi kemerdekaan bangsa dengan mendorong partisipasi aktif para siswa untuk mengisi EDS masing-masing secara independen.





Salam PADAMU NEGERI untuk Indonesiaku … Merdeka !

Tim Admin Pusat

BPSDMPK-PMP KEMDIKBUD 2013




Dengan adanya televisi, kita dapat mengetahui berbagai macam situasi saat ini, ilmu pengetahuan, hiburan dan acara lain yang dapat membuat anda terhibur. Banyak hal positif yang dapat diterima para penonton termasuk anak-anak dari aktivitas menonton TV. Namun tidak dipungkiri bahwa acara TV itu tidak semuanya baik. Menonton TV juga dapat memberi pengaruh buruk bagi anak-anak. Karena ia tidak bisa menikmati masa bermainnya yang habis karena menonton TV.

Oleh karena itu orang tua harus berperan dalam mencegah pengaruh buruk menonton TV bagi anak-anak. Berikut beberapa tips mengontrol kebiasaan anak menonton televisi.

1. Memilih Program TV Sesuai Usia Anak
Program seperti drama dewasa atau film yang mengandung unsur kekerasan tidak cocok untuk anak. Program yang cocok untuk anak misalnya: kartun anak, pendidikan, program rohani, sains, pengetahuan alam, hiburan untuk semua umur. Untuk itu ketika anak menonton film untuk dewasa sebaiknya anda alihkan programnya dan pilih program yang bersifat mendidik.

2. Kenali Acara TV Berdasar Usia
Banyak stasiun TV yang memberikan kode atau icon yang memberitahukan kategori acara berdasarkan usia, misalnya SU (untuk semua umur), BO (dengan bimbingan orang tua), R (remaja), D (dewasa). Tiap stasiun TV mungkin memiliki kode atau ikon yang berbeda. Hal ini dilakukan agar orangtua bisa memilah tontonan yang baik untuk anak.

3. Memberikan Batasan Tertentu untuk Menonton TV pada Anak
Menonton TV terlalu lama menyebabkan anak malas untuk melakukan aktivitas lain. Anak diarahkan untuk melakukan hal lain sebagai kesenangan. Menonton TV terlalu larut dapat menyebabkan anak kurang tidur yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan.

4. Ikut Menonton Bersama
Menonton TV bersama anak dapat memberikan rasa kebersamaan, saling terbuka, dan kedekatan psikologis orang tua dan anak. Orang tua juga dapat memberikan pengarahan mengenai acara TV yang sedang disaksikan.

5. Usahakan agar Tidak Memberikan TV di Kamar Anak
Menempatkan TV di kamar anak membuat orang tua lebih sukar untuk mengontrol aktivitas menonton TV. Orang tua tidak leluasa mengontrol apa yang dilihat anak dan kapan anak menonton TV.

6. Berikan Aturan untuk Tidak Menonton TV Sambil Makan
Menonton TV sambil makan dapat membuat makan berlebihan. Makan sambil menonton TV juga dapat menghilangkan selera makan atau rasa ingin cepat-cepat selesai. Menonton TV sambil makan dapat membuat tersedak, lidah atau bibir tergigit, dan gangguan pencernaan akibat pengunyahan tidak sempurna. Makan sambil menonton TV juga merupakan salah satu faktor resiko obesitas pada anak.

7. Tidak Memanfaatkan TV Sebagai "Penjaga Anak"
Banyak orangtua yang memanfaatkan TV sebagai pengasuh anak. Padahal banyak acara TV yang tidak sesuai untuk anak. Orang tua seharusnya lebih bijak memberikan alternatif hiburan bagi anak di saat sibuk. Pilihan lain misalnya memberikan mainan puzzle, mewarnai gambar, melihat video proram khusus anak, dsb. Bagi anak balita apapun aktivitas anak, harus ada yang mengawasi.

8. Berikan contoh untuk Mematikan TV Jika Tidak Ada yang Menonton
Mematikan TV saat tidak ditonton bukan hanya menghemat energi listrik tetapi juga dapat membantu konsentrasi anak dengan aktivitas lain. Aktivitas anak akan terganggu jika ada acara TV yang menarik, meskipun hanya sesaat.

9. Berikan Masukan kepada Anak Mengenai Acara TV
Berikan penjelasan jika ada acara TV yang tidak boleh disaksikan oleh anak-anak. Anak harus mengetahui mana fakta dan fiksi. Berikan masukan kepada anak mengenai film, komedi, atau iklan yang ditampilkan secara aneh atau berlebihan.

10. Buat Kesepakatan
Membuat kesepakatan mengenai acara dan waktu menonton TV akan membantu anak secara positif mengatur waktu menonton TV. Anak-anak harus dilatih memegang komitmen untuk berdisiplin dalam mematuhi kesepakatan.

Anak akan cenderung mencari alasan dan pembenaran untuk tetap menonton TV setiap saat ia mau. Anak akan lebih sulit diatur jika ia merasa diperlakukan tidak adil. Memberikan teladan yang baik kepada anak dalam aktivitas menonton TV dapat menimbulkan kesadaran anak untuk membatasi diri dalam menonton TV.

(Dikutip dari berbagai sumber)


Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa: "warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus" (Pasal 5; ayat 4). Di samping itu juga dikatakan bahwa "setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya" (pasal 12; ayat 1b). Hal ini merupakan berita yang menggembirakan bagi warga negara yang memiliki bakat khusus dan tingkat kecerdasan yang istimewa untuk mendapat pelayanan pendidikan sebaik-baiknya. Anak berbakat adalah anak yang memiliki kecerdasan atau kelebihan yang luar biasa jika dibandingkan dengan anak-anak seusianya.
1. Definisi Anak berbakat
Anak berbakat adalah mereka yang memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul dan mampu memberikan prestasi yang tinggi. Anak berbakat memerlukan pelayanan pendidikan khusus untuk membantu mereka mencapai prestasi sesuai dengan bakat-bakat mereka yang unggul. Bakat” (aptitude) pada umumnya
diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Berbeda dengan bakat, “kemampuan” merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan (performance) dapat dilakukan sekarang. Sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan dimasa yang akan datang. Bakat dan kemampuan menentukan “prestasi” seseorang. Jadi prestasi itulah yang merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan.
2. Ciri-Ciri Anak berbakat
Ciri-ciri anak berbakat menurut Martinson (1974) adalah sebagai berikut:
• Gemar membaca pada usia lebih muda
• membaca lebih cepat dan lebih banyak
• memiliki perbendaharaan kata yang luas
• mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
• mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah “dewasa”
• mempunyai inisiatif, dapat bekerja sendiri
• menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal
• memberi jawaban-jawaban yang baik
• dapat memberikan banyak gagasan
• luwes dalam berpikir
• terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan
• mempunyai pengamatan yang tajam
• dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati
• berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri
• senang mencoba hal-hal baru
• mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi
• senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah
• cepat menangkap hubungan-hubungan (sebab akibat)
• berperilaku terarah kepada tujuan
• mempunyai daya imajinasi yang kuat
• mempunyai banyak kegemaran (hobi)
• mempunyai daya ingat yang kuat
• tidak cepat puas dengan prestasinya
• peka (sensitif) dan menggunakan firasat (intuisi)
• menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan. 
Anak-anak berbakat biasanya ditandai pula dengan:
1. Kemampuan inteligensi umum yang sangat tinggi; biasanya ditunjukkan dengan perolehan tes inteligensi yang sangat tinggi, misal IQ diatas 120. 
2. Bakat istimewa dalam bidang tertentu; misalnya bidang bahasa, matematika, seni, dan lain-lain. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan prestasi istimewa dalam bidang-bidang tersebut. 
3. Kreativitas yang tinggi dalam berpikir; yaitu kemampuan untuk menemukan ide-ide baru. 
4. Kemampuan memimpin yang menonjol; yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan harapan kelompok. 
5. Prestas-prestasi istimewa dalam bidang seni atau bidang lain; misalnya dalam seni musik, drama, tari, lukis, dan lain-lain.
3. Tanda-tanda Umum Anak Berbakat
Sejak usia dini sudah dapat dilihat kemungkinan ada atau tidaknya bakat tertentu dari anak. Sebagai contoh: “anak yang baru berumur dua tahun tetapi lebih suka memilih alat-alat mainan untuk anak berumur 6-7 tahun; atau anak usia tiga tahun tetapi sudah mampu membaca buku-buku yang diperuntukkan bagi anak usia 7-8 tahun. Mereka akan sangat senang jika mendapat pelayanan seperti yang mereka harapkan.” 
Anak yang memiliki bakat istimewa sering kali memiliki tahap perkembangan yang tidak serentak. Ia dapat hidup dalam berbagai usia perkembangan, misalnya: anak berusia tiga tahun, jika sedang bermain ia terlihat seperti anak seusianya, tetapi jika sedang membaca ia menampilkan sikap seperti anak berusia 10 tahun, jika mengerjakan soal matematika ia seperti anak berusia 12 tahun, dan jika berbicara seperti anak berusia lima tahun.
Yang perlu dipahami adalah bahwa anak berbakat umumnya tidak hanya belajar lebih cepat, tetapi juga sering menggunakan cara yang berbeda dari teman-teman seusianya. Hal ini tidak jarang membuat guru di sekolah mengalami kewalahan, bahkan sering merasa terganggu dengan anak-anak seperti itu. Di samping itu anak berbakat istimewa biasanya memiliki kemampuan menerima informasi dalam jumlah yang besar sekaligus. Jika ia hanya mendapat sedikit informasi maka ia akan cepat menjadi "kehausan" akan informasi.
Di kelas Taman Kanak-Kanak atau Sekolah Dasar. Anak-anak berbakat sering tidak menunjukkan prestasi yang menonjol. Sebaliknya justru menunjukkan perilaku yang kurang menyenangkan, misalnya: tulsiannya tidak teratur, mudah bosan dengan cara guru mengajar, terlalu cepat menyelesaikan tugas tetapi kurang teliti, dan sebagainya. Yang menjadi minat dan perhatiannya kadang-kadang justru hal-hal yang tidak diajarkan di kelas. Tulisan anak berbakat sering kurang teratur karena ada perbedaan perkembangan antara perkembangan kognitif (pemahaman, pikiran) dan perkembangan motorik, dalam hal ini gerakan tangan dan jari untuk menulis. Perkembangan pikirannya jauh lebih cepat daripada perkembangan motoriknya. Demikian juga seringkali ada perbedaan antara perkembangan kognitif dan perkembangan bahasanya, sehingga dia menjadi berbicara agak gagap karena pikirannya lebih cepat daripada alat-alat bicara di mulutnya. Tapi itu tidak terjadi pada semua anak berbakat, hanya beberapa dari mereka saja.
4. Tujuan dari pendidikan anak berbakat
Tujuan pendidikan anak berbakat adalah agar mereka menguasai sistem konseptual yang penting sesuai dengan kemampuannya, memiliki keterampilan yang menjadikannya mandiri dan kreatif, serta mengembangkan kesenangan dan kegairahan belajar untuk berprestasi. 
5. Kebutuhan dan Pelayanan bagi Anak Berbakat
Kebutuhan pendidikan anak berbakat ditinjau dari kepentingan anak berbakat itu sendiri, yaitu yang berhubungan dengan pengembangan potensinya yang hebat. Untuk mewujudkan potensi yang hebat itu, anak berbakat membutuhkan peluang untuk mencapai aktualisasi potensi yang dimilikinya melalui penggunaan fungsi otak, peluang untuk berinteraksi, dan pengembangan kreativitas dan motivasi internal untuk belajar berprestasi. Dari segi kepentingan masyarakat, anak berbakat membutuhkan kepedulian, pengakomodasian, perwujudan lingkungan yang kaya dengan pengalaman, dan kesempatan anak berbakat untuk berlatih secara nyata. 
Selanjutnya dalam menentukan jenis layanan bagi anak berbakat perlu memperhatikan beberapa komponen. Komponen persiapan penentunan jenis layanan seperti: Mengidentifikasi anak berbakat merupakan hal yang tidak mudah, karena banyak anak berbakat yang tidak menampakkan keberbakatannya dan tidak dipupuk. Untuk mengidentifikasi anak berbakat, perlu menentukan alasan atau sebab mencari mereka sehingga dapat menentukan alat indentifikasi yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Misalnya: jika memilih kelompok Matematika, maka pendekatannya harus mengarah pada penelusuran bakat matematika.
Selanjutnya komponen alternatif implementasi layanan meliputi: ciri khas layanan, strategi pembelajaran dan evaluasi. Hal-hal yang diperhatikan dalam ciri khas layanan adalah adaptasi lingkungan belajar seperti usaha pengorganisasian tempat belajar (sekolah unggulan, kelas khusus, guru konsultan, ruang sumber, dll). Selain itu ada adaptasi program seperti: usaha pengayaan, percepatan, pencanggihan, dan pembaharuan program, serta modifikasi kurikulum (kurikulum plus, dan berdiferensiasi). 
Berkaitan dengan strategi pembelajaran bahwa strtategi pembelajaran yang dipilih harus dapat mengembangkan kemampuan intetelektual dan non intelektual serta dapat mendorong cara belajar anak berbakat. Karena itu anak berbakat membutuhkan model layanan khusus seperti bidang kognitif-afektif, moral, nilai, kreativitas, dan bidang-bidang khusus. Evaluasi pembelajaran anak berbakat menekankan pada pengukuran dengan acuan kriteria dan pengukuran acuan norma.
Pemberian program khusus untuk pendidikan anak berbakat ini dibuat karena anak-anak berbakat mempunyai kebutuhan pendidikan khusus. Anak-anak ini telah menguasai banyak konsep ketika mereka ditempatkan di satu kelas tertentu, sehingga sebagian besar waktu sekolah mereka akan terbuang percuma. Mereka mempunyai kebutuhan yang sama dengan siswa-siswa lainnya, yaitu kesempatan yang konsisten untuk belajar bahan baru dan untuk mengembangkan perilaku yang memungkinkan mereka mengatasi tantangan dan perjuangan dalam belajar sesuatu yang baru. Akan sangat sulit bagi anak-anak berbakat ini memenuhi kebutuhan tersebut bila mereka ditempatkan dalam kelas yang heterogen.(Winebrenner & Devlin, 1996). Anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan dan minat yang berbeda dari kebanyakan anak-anak sebayanya, maka agak sulit jika anak berbakat dimasukkan pada sekolah tradisional, bercampur dengan anak-anak lainnya. Di kelas-kelas seperti itu anak-anak berbakat akan mendapatkan dua kerugian, yaitu:
(1) anak berbakat akan frustrasi karena tidak mendapat pelayanan yang dibutuhkan,
(2) guru dan teman-teman kelasnya akan bisa sangat terganggu oleh perilaku anak berbakat tadi.
Beberapa pelayanan yang dapat diberikan pada anak berbakat adalah: 
• Menyelenggarakan program akselerasi khusus untuk anak-anak berbakat. Program akselerasi ini yaitu dengan cara "lompat kelas", artinya, anak dari Taman Kanak-Kanak misalnya tidak harus melalui kelas I Sekolah Dasar, tetapi langsung ke kelas II, atau bahkan ke kelas III Sekolah Dasar. Demikian juga dari kelas III Sekolah Dasar bisa saja langsung ke kelas V jika memang anaknya sudah matang untuk menempuhnya. Jadi program akselerasi dapat dilakukan untuk seluruh mata pelajaran (akselerasi kelas atau akselerasi untuk beberapa mata pelajaran saja). Dalam program akselerasi untuk seluruh mata pelajaran berarti anak tidak perlu menempuh kelas secara berturutan, tetapi dapat melompati kelas tertentu, misalnya anak kelas I Sekolah Dasar langsung naik ke kelas III. Dapat juga program akselerasi hanya diberlakukan untuk mata pelajaran yang luar biasa saja. Misalnya saja anak kelas I Sekolah Dasar yang berbakat istimewa dalam bidang matematika, maka ia diperkenankan menempuh pelajaran matematika di kelas III, tetapi pelajaran lain tetap di kelas I. Demikian juga kalau ada anak kelas II Sekolah Dasar yang sangat maju dalam bidang bahasa Inggris, ia boleh mengikuti pelajaran bahasa Inggris di kelas V atau VI.
• Home-schooling (pendidikan non formal di luar sekolah). Cara lain yang dapat ditempuh selain model akselerasi adalah memberikan pendidikan tambahan di rumah atau di luar sekolah, yang sering disebut home-schooling. Dalam home-schooling orang tua atau tenaga ahli yang ditunjuk bisa membuat program khusus yang sesuai dengan bakat istimewa anak yang bersangkutan. Pada suatu ketika jika anak sudah siap kembali ke sekolah, maka ia bisa saja dikembalikan ke sekolah pada kelas tertentu yang cocok dengan tingkat perkembangannya.
• Menyelenggarakan kelas-kelas tradisional dengan pendekatan individual. Dalam model ini biasanya jumlah anak per kelas harus sangat terbatas sehingga perhatian guru terhadap perbedaan individual masih bisa cukup memadai, misalnya maksimum 20 anak. Masing-masing anak didorong untuk belajar menurut ritmenya masing-masing. Anak yang sudah sangat maju diberi tugas dan materi yang lebih banyak dan lebih mendalam daripada anak lainnya; sebaliknya anak yang agak lamban diberi materi dan tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Demikian pula guru harus siap dengan berbagai bahan yang mungkin akan dipilih oleh anak untuk dipelajari. Guru dalam hal ini menjadi sangat sibuk dengan memberikan perhatian individual kepada anak yang berbeda-beda tingkat perkembangan dan ritme belajarnya.
• Membangun kelas khusus untuk anak berbakat. Dalam hal ini anak-anak yang memiliki bakat/kemampuan yang kurang lebih sama dikumpulkan dan diberi pendidikan khusus yang berbeda dari kelas-kelas tradisional bagi anak-anak seusianya. Kelas seperti ini pun harus merupakan kelas kecil di mana pendekatan individual lebih diutamakan daripada pendekatan klasikal. Kelas khusus anak berbakat harus memiliki kurikulum khusus yang dirancang tersendiri sesuai dengan kebutuhan anak-anak berbakat. Sistem evaluasi dan pembelajarannyapun harus dibuat yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Kemampuan dasar atau bakat yang luar biasa yang dimiliki seorang anak memerlukan serangkaian perangsangan (stimulasi) yang sistematis, terencana dan terjadwal agar apa yang dimiliki, menjadi actual dan berfungsi sebaik-baiknya. Membiarkan seorang anak berkembang sesuai dengan azas kematangan saja akan menyebabkan perkembangan menjadi tidak sempurna dan bakat-bakat yang luar biasa yang sebenarnya mempunyai potensi untuk bisa diperkembangkan menjadi tidak berfungsi.
Tanpa pendidikan khusus yang meliputi pengasuhan yang baik, pembinaan yang terencana dan perangsangan yang tepat, mustahil seorang anak akan bisa begitu saja mengembangkan bakat-bakatnya yang baik dan mencapai prestasi yang luar biasa. Tanpa pendidikan khusus, bakat-bakat yang dimiliki akan terpendam (latent) atau hanya muncul begitu saja dan tidak berfungsi optimal.
Faktor yang perlu diperhatikan agar mencapai hasil yang diharapkan yakni: 
1. Faktor yang ada pada anak itu sendiri, yaitu perlunya mengenal anak. Mengenal dalam arti mengetahui semua ciri khusus yang ada pada anak secara obyektif. 
2. Faktor kurikulum yang meliputi:
Isi dan cara pelaksanaan yang disesuaikan dengan keadaan anak (child centered). Kurikulum pada pendidikan khusus tidak terlepas dari kurikulum dasar yang diberikan untuk anak lain. Kurikulum khusus diarahkan agar perangsangan-perangsangan yang diberikan mempunyai pengaruh untuk menambah atau memperkaya program dan tidak semata-mata untuk mempercepat berfungsinya sesuatu bakat luar biasa yang dimiliki. Isi kurikulum harus mengarah pada perkembangan kemampuan anak yang berorientasi inovatif dan tidak reproduktif serta berorientasi untuk mencapai sesuatu yang tidak hanya sekedar memunculkan apa yang dimiliki tanpa dilatih menjadi kreatif. Hal lain yang penting adalah tersedianya faktor lingkungan yang berfungsi menunjang. Tujuan institusional dan instruksional serta isi kurikulum yang disusun secara khusus bagi anak berbakat membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai.
Guru yang melaksanakan tugas-tugas kurikuler yang telah digariskan mempunyai peranan yang penting agar apa yang akan diajarkan bisa merangsang perkembangan seluruh potensi yang dimiliki serta berhasil melatih setiap aspek yang berkembang memperlihatkan fungsi-fungsi kreatif dan produktif.
Mengenai pelaksanaan pendidikan khusus untuk anak berbakat pada umumnya dikelompokkan dalam tiga bentuk:
• “Pemerkayaan” yaitu pembinaan bakat dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat pendalaman kepada anak berbakat setelah yang bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas yang diprogramkan untuk anak pada umumnya (independent study, projects, dan sebagainya).
• “Percepatan” yaitu cara penanganan anak berbakat dengan memperbolehkan anak naik kelas secara melompat, atau menyelesaikan program reguler di dalam jangka waktu yang lebih singkat. Variasi bentuk-bentuk percepatan adalah antara lain early admission, advanced placement, advanced courses.
• “Pengelompokan Khusus” dilakukan secara penuh atau sebagian, yaitu bila sejumlah anak berbakat dikumpulkan dan diberi kesempatan untuk secara khusus memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan potensinya.
Selain bentuk-bentuk pembinaan tersebut di atas, ada pula cara-cara pembinaan yang lebih bersifat informal, misalnya dengan pemberian kesempatan meninjau lembaga-lembaga penelitian-pengembangan yang relevan, atau pengadaan perlombaan-perlombaan.
Penyiapan Guru Untuk Anak Berbakat
Kualifikasi guru untuk anak berbakat dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
• kualifikasi profesi; Persyaratan profesional / pendidikan antara lain meliputi: Sudah berpengalaman mengajar, Menguasai berbagai teknik dan model belajar mengajar, bijaksana dan kreatif mencari berbagai akal dan cara, mempunyai kemampuan mengelola kegiatan belajar secara individual dan kelompok, menguasai teknik dan model penilaian, mempunyai kegemaran membaca dan belajar.
• kualifikasi kepribadian, Persyaratan kepribadian antara lain: bersikap terbuka terhadap hal-hal baru, peka terhadap perkembangan anak, mempunyai pertimbangan luas dan dalam, penuh pengertian, mempunyai sikap toleransi, mempunyai kreativitas yang tinggi, bersikap ingin tahu.
• kualifikasi hubungan social ; persyaratan hubungan sosial antara lain: dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, mudah bergaul dan mampu memahami dengan cepat tingkah laku orang lain (S.C.U. Munandar, 1981)
Implikasi bagi guru anak berbakat disimpulkan oleh Barbie dan Renzulli (1975) sebagai berikut:
• guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tetapi juga bagaimana guru melakukannya.
• guru perlu memiliki pengertian tentang keterbakatan
• guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak.
• Guru memberikan tantangan daripada tekanan
• Guru tidak hanya memperhatikan produk atau hasil belajar siswa, tetapi lebih-lebih proses belajar.
• Guru lebih baik memberikan umpan balik daripada penilaian
• Guru harus menyediakan beberapa alternatif strategi belajar
• Guru hendaknya dapat menciptakan suasana di dalam kelas yang menunjang rasa harga diri anak serta dimana anak merasa aman dan berani mengambil resiko dalam menentukan pendapat dan keputusan.
Peran Orang Tua dalam Memupuk Bakat dan Kreativitas Anak
Orang tua yang bijaksana dapat membedakan antara memberi perhatian terlalu banyak atau terlalu sedikit, antara memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya dan memberi tekanan untuk berprestasi semaksimal mungkin.
Ada beberapa hal yang memudahkan orang tua agar lebih mantap dalam menghadapi dan membina anak berbakat (Ginsberg dan Harrison, 1977; Vernon, 1977) diantaranya adalah:
• anak berbakat itu tetap anak dengan kebutuhan seorang anak. Jika ada anak-anak lain dalam keluarga, janganlah membandingkan anak berbakat dengan kakak-adiknya atau sebaliknya.
• Sempatkan diri untuk mendengarkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya
• Berilah kesempatan seluas-luasnya untuk memuaskan rasa ingin tahunnya dengan menjajaki macam-macam bidang, namun jangan memaksakan minat-minat tertentu.
• Berilah kesempatan jika anak ingin mendalami suatu bidang, karena belum tentu kesempatan itu ada di sekolah.
• Kerjasama Antara Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama keluarga (orang tua), sekolah, dan masyarakat. Keluarga dan sekolah dapat bersama-sama mengusahakan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat, misalnya dalam memandu dan memupuk minat anak. Tokoh-tokoh dalam masyarakat dapat menjadi “tutor” untuk anak berbakat yang mempunyai minat yang sama.
6. Pergaulan Anak Berbakat
Anak berbakat akan lebih suka bergaul dengan anak-anak yang lebih tua dari segi usia, khususnya mereka yang memiliki keunggulan dalam bidang yang diminati. Misalnya saja ada anak kelas II Sekolah Dasar yang sangat suka bermain catur dengan orang-orang dewasa, karena jika ia bermain dengan teman sebayanya rasanya kurang berimbang. Dalam hal ini para orang tua dan guru harus memakluminya dan membiarkannya sejauh itu tidak merugikan perkembangan yang lain.
Di dalam keluarga, orangtua mencarikan teman yang cocok bagi anak-anak berbakat sehingga ia tidak merasa kesepian dalam hidupnya. Jika ia tidak mendapat teman yang cocok, maka tidak jarang orang tua dan keluarga, menjadi teman pergaulan mereka. Umumnya anak berbakat lebih suka bertanya jawab hal-hal yang mendalam daripada hal-hal yang kecil dan remeh. Kesanggupan orang tua dan keluarga untuk bergaul dengan anak berbakat akan sangat membantu perkembangan dirinya.
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi terwujudnya bakat seseorang
Banyak faktor-faktor yang menentukan sejauh mana bakat seseorang dapat terwujud.
1. keadaan lingkungan seseorang, seperti: kesempatan, sarana dan prasarana yang tersedia, sejauh mana dukungan dan dorongan orang tua, taraf sosial ekonomi orang tua, tempat tinggal, di daerah perkotaan atau di pedesaan, dan sebagainya.
2. keadaan dari diri orang itu sendiri, seperti minatnya terhadap suatu bidang, keinginannya untuk berprestasi, dan keuletannya untuk mengatasi kesulitan atau rintangan yang mungkin timbul.
3. Tingkat kecerdasannya (intelegensi). kecerdasan ditentukan baik oleh bakat bawaan (berdasarkan gen yang diturunkan dari orang tuanya) maupun oleh faktor lingkungan (termasuk semua pengalaman dan pendidikan yang pernah diperoleh seseorang; terutama tahun-tahun pertama dari kehidupan mempunyai dampak terhadap kecerdasan seseorang).
8. Pelayanan Anak Berbakat Intelektual di Masa yang Akan Datang
Menurut Sidi (2004), model layanan pendidikan lain perlu dikembangkan oleh pemerintah guna memfasilitasi berbagai macam bidang keberbakatan, seperti:
• Akselerasi Bidang Studi: akselerasi untuk satu mata pelajaran yang menonjol dan sangat dikuasai siswa
• Mentorship: melayani berapa pun jumlah siswa yang mampu mengikuti akselerasi, meskipun hanya satu siswa, harus tetap dilayani dengan metode mentorship atau self paced instruction.
• Sistem Kredit: menggunakan pelayanan akselerasi dengan sistem kredit.
• Pengayaan Materi pada Mata Pelajaran Tertentu: (full out program) untuk mata pelajaran atau pada hari tertentu saja sehingga anak bisa tetap bersama dalam kelas dengan anak-anak lainnya.
• Kelas Super Saturday: pelayanan belajar di mana pengayaan materi dilakukan setiap hari sabtu dalam berbagai bidang di luar mata pelajaran sekolah, seperti astronomi, psikologi, kelautan dsb. Kerja sama dengan pihak dari berbagai disiplin dapat membantu memfasilitasi berbagai jenis keberbakatan.
• Pendirian Pusat Keberbakatan: untuk mewadahi dan memberikan pelayanan terhadap anak berbakat kesenian, kebudayaan, olah raga dan lain-lain.
• Sertifikasi bagi Guru Pengajar Gifted: sertifikasi ini penting untuk menjaga kualitas layanan pendidikan anak berbakat dan guru harus dipacu untuk terus belajar, bahkan sampai gelar strata 3 (Doktor).
Tantangan Pelayanan Pendidikan Anak Berbakat di Masa Depan
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan sebagai tantangan pelayanan pendidikan anak berbakat di masa depan (Sidi, 2004) antara lain adalah:
1. Dukungan finansial di Indonesia yang belum memadai sehingga sangat diperlukan sumber dana baik dari luar negeri maupun dari APBN.
2. Perlunya pengembangan organisasi pemerintah yang mewadahi masalah keberbakatan di Indonesia. Contohnya, menjadikan masalah keberbakatan menjadi salah satu tugas pokok dan fungsi direktorat jenderal sehingga ada direktorat yang membawahi masalah seleksi, pelatihan, kurikulum, program dan personalia.
Strategi Pengembangan di Masa yang Akan Datang
Strategi pengembangan pelayanan pendidikan anak berbakat (Sidi, 2004) meliputi hal-hal berikut:
1. penyediaan, pengadaan dan peningkatan kemampuan SDM yang berkualitas.
2. proses pembelajaran yang berkualitas
3. adanya frekuensi penelitian yang cukup dan berkualitas
4. sosialisasi ke mancanegara (tingkat internasional).
DAFTAR PUSTAKA
Didi Tarsidi - Dosen Universitas Pendidikan Indonesia/Yayasan Mitra Netra (Jaringan Mitra Netra @yahoo.com)
S.C.U. Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992.
Prof. Dr. Ir. Andi Hakim Nasution, dkk., Anak-Anak Berbakat Pembinaan dan Pendidikannya, Jakarta: CV. Rajawali, 1982.

Mengenali Ciri dan Tanda Anak Berbakat

30 November 2012

ciri anak bakat
Apakah anak kita tergolong berbakat atau tidak?  Ataukah anak kita berbakat namun kita tidak mengetahuinya dan tidak menyadarinya? Memang anak berbakat bisa dilihat dari sejak usia dini? Wah, kayaknya anak saya mempunyai bakat yang luar biasa! Atau jangan-jangan anak saya malah tidak punya bakat sama sekali.  Malah bingung jadinya...

Anak yang berbakat akan memiliki ciri-ciri ataupun tanda-tanda yang bisa kita amati dari sejak usia kecil.  Baik itu perilakunya, cara berpikirnya, cara bicaranya ataupun cara nalarnya.  Rasanya sangat membanggakan apabila anak kita tergolong anak yang gifted (berbakat).  Kalau harapan orangtua sih begitu.  Rata-rata dari 1000 anak kemungkinan yang tergolong anak berbakat sekitar ada 30 sampai 50 anak adalah anak berbakat.  Atau kalau diprosentasekan sekitar 3-5%.   Oleh karena itu kita sebagai orangtua harus mengenali dan tahu ciri-ciri dan tanda-tanda anak yang berbakat.  Lalu tanda-tanda dan ciri yang tampak apa saja ya..  Agar tidak penasaran dan bingung berikut ini adalah beberapa ciri yang tampak pada anak yang mempunyai bakat

Ciri dan Tanda anak berbakat

1.  Anak tersebut memiliki keberbedaan atau ciri khas

Anak yang memiliki keberbedaan akan tampak ketika bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.  Biasanya anak tersebut memiliki tingkah laku yang lebih dewasa sehingga ketika bermain dengan teman seusianya, si anak akan cenderung memisah.  Tapi bukan berarti tidak mau bermain bersama atau malah takut berkumpul dengan teman seusianya.  Tapi tidak perlu khawatir karena anak akan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan bermainnya.

2.  Anak memiliki cara belajar yang berbeda

Biasanya sifat si anak tidak mau diam.  Anak akan lebih cenderung aktif terhadap hal-hal baru.  Anak akan lebih suka untuk mengeksplore atau mempelajari lebih lanjut sesuatu yang ada disekelilingnya.  Tidak mau diam bukan berarti hiperaktif.

3.  Memiliki gaya bahasa yang lebih dewasa

Anak berbakat akan lebih cepat menyerap bahasa orang dewasa dan menirukannya.  Makanya jangan heran kalau si anak akan mengikuti atau berkata layaknya orang dewasa bahkan menirukan apa yang pernah kita ucapkan padanya.  Anak akan lebih cepat untuk menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya.  Tutur katanya bisa lebih banyak lagi dan kompleks.

4.  Anak berbakat memiliki kosakata yang banyak

Karena kemampuannya untuk menyerap bahasa lebih cepat maka si anak akan memiliki daya ingat kosa kata yang lebih banyak.  Sehingga si anak akan mengerti terhadap kata-kata yang diucapkan kepadanya.  Bahkan si anak akan bisa menyebutkan secara terperinci baik itu mengenai barang atau benda atau ketika menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya.

5.  Kemampuan motorik kasarnya sempurna

Maksudnya adalah anak memiliki keterampilan yang lebih.  Misalnya sudah bisa memakai baju sendiri,  memegang benda dengan posisi yang benar tanpa kesulitan.  Untuk melatihnya maka selalu siapkan mainan yang menunjangnya untuk kemampuan tersebut.  Olahraga yang bisa diajarkan adalah berenang, memegang raket/tennis dan olahraga lainnya yang bisa mengasah kemampuan motorik kasarnya.

6.  Suka mengoleksi benda

Anak berbakat akan lebih senang untuk mengumpulkan benda-benda kesukaanya.  Bisa mainan, baju, hiasan dan lain sebagainya.  Si anak menyukai karena bentuknya, warnanya, modelnya karena anak senang untuk membandingkan dan memilah-milah atau mengklasifikasi benda kesukaannya.

7.  Senang dengan membaca

Hampir 50 persen anak yang mempunyai bakat akan bisa membaca dari umur 2-2,5 tahun.  Bahkan ketika usia sekitar 1 tahunan anak akan mampu untuk membedakan gambar yang posisinya terbalik.  Selain itu si anak akan seolah-olah membaca dari kiri ke kanan.  Untuk merangsang agar anak suka membaca maka kita bisa melatihnya dengan mendongeng dengan buku atau bercerita.  Atau kita bisa menceritakan setiap kemasan yang dijumpainya.

8.  Kemampuan logika atau matematika

Anak berbakat akan mudah untuk memahami benda yag bersifat besar kecil, bisa membedakan banyak dan sedikit.  Selain itu anak juga akan mengerti mengenai berapa lama, berapa jauh dan berapa banyak.  Dan juga anak berbakat akan bisa membedakan posisi baik itu atas bawah, kanan kiri, maju mundur

9.  Semangat rasa ingin tahu

Anak berbakat akan cenderung lebih banyak bertanya terhadap apa yang belum dimengerti.  Baik itu situasi di sekelilingnya dan ketika anak tidak paham maka si anak akan banyak bertanya.  Oleh karena itu peran orangtua adalah memberikan jawaban kepada si anak apabila si anak menanyakan tentang sesuatu yang belum diketahuinya.  Berilah penjelasan dengan baik dan jangan biarkan si anak tanpa jawaban.

10. Memiliki daya ingat

Daya ingat anak berbakat sangat tinggi.  Bahkan mampu untuk mengingat kejadian yang sudah lama dan mampu untuk mengungkapkannya kembali.

11. Stamina dan energi yang kuat

Dalam aktivitasnya, anak berbakat akan memiliki energi yang kuat untuk menunjangnya.  Maka jangan heran kalau si anak malah kurang tidur siang.  Karena anak lebih suka untuk bergerak.  Aktivitasnya cenderung fokus dan memiliki tujuan terhadap aktivitasnya tersebut.

12. Sosialisasi

Anak berbakat akan lebih senang untuk bermain dengan teman diatas usianya.  Dia akan lebih nyaman bermain dengan teman yang usianya lebih tua darinya (dewasa).  Dan cenderung ketika bermain dengan anak seusianya sianak merasa tidak nyaman.

Itulah beberapa tanda yang muncul dan dimiliki oleh anak yang berbakat.  Ketika kita sudah mengetahui anak kita berbakat maka dengan mudah kita untuk membimbingnya dan mengarahkannnya.  Berikanlah stimulasi-stimulasi yang cocok untuknya.  Dan tentunya jangan mudah menyerah untuk membimbingnya.
  Dan berikanlah pendidikan formal yang pas untuknya

lmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.[1] Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.[2]
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (material saja), atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika lingkup pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak matahari dan bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi perawat.

Daftar isi

Etimologi

Ilmu alam: Planet Mars (kiri), Planet Merkuri (kanan), Bulan (bawah kiri), Pluto (bawah tengah), dan Haumea (bawah kanan), perbandingan skala menggunakan diameter Sirius B.
Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm"[3] yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan sebagainya.

Syarat-syarat ilmu

Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu[4]. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
  1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
  2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
  3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
  4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180ยบ. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.

Pemodelan, teori, dan hukum

Artikel utama: metode ilmiah
Istilah "model", "hipotesis", "teori", dan "hukum" mengandung arti yang berbeda dalam keilmuan dari pemahaman umum. Para ilmuwan menggunakan istilah model untuk menjelaskan sesuatu, secara khusus yang bisa digunakan untuk membuat dugaan yang bisa diuji dengan melakukan percobaan/eksperimen atau pengamatan.
Suatu hipotesis adalah dugaan-dugaan yang belum didukung atau dibuktikan oleh percobaan, dan hukum fisika atau hukum alam adalah generalisasi ilmiah berdasarkan pengamatan empiris.

Matematika dan metode ilmiah

Matematika sangat penting bagi keilmuan, terutama dalam peran yang dimainkannya dalam mengekspresikan model ilmiah. Mengamati dan mengumpulkan hasil-hasil pengukuran, sebagaimana membuat hipotesis dan dugaan, pasti membutuhkan model dan eksploitasi matematis. Cabang matematika yang sering dipakai dalam keilmuan di antaranya kalkulus dan statistika, meskipun sebenarnya semua cabang matematika memunyai penerapannya, bahkan bidang "murni" seperti teori bilangan dan topologi.
Beberapa orang pemikir memandang matematikawan sebagai ilmuwan, dengan anggapan bahwa pembuktian-pembuktian matematis setara dengan percobaan. Sebagian yang lainnya tidak menganggap matematika sebagai ilmu, sebab tidak memerlukan uji-uji eksperimental pada teori dan hipotesisnya. Namun, dibalik kedua anggapan itu, kenyataan pentingnya matematika sebagai alat yang sangat berguna untuk menggambarkan/menjelaskan alam semesta telah menjadi isu utama bagi filsafat matematika.
Lihat Eugene Wigner, The Unreasonable Effectiveness of Mathematics.
Richard Feynman berkata, "Matematika itu tidak nyata, tapi terasa nyata. Di manakah tempatnya berada?", sedangkan Bertrand Russell sangat senang mendefinisikan matematika sebagai "subjek yang kita tidak pernah tahu apa yang sedang kita bicarakan, dan kita tidak tahu pula kebenarannya." -->