Dengan adanya situs siap padamu negeri seluruh NUPTK benar-benar mutakhir datanya namun hal ini menjadi polemik bagi Guru-Guru di seluruh nusantara, dikarenakan adanya kepemilikan NUPTK yang doble dan adanya pemindahan tangan antara si pemilik NUPTK yang sah, dengan si pemilik yang tidak sah, ini seharusnya menjadi perhatian bagi pengurus situs Padamu Negeri SIAP Online, dengan tingkat pelatihan yang sangat singkat dan tidak merata, hal ini menjadi tindak yang terpaksa, walaupun situs ini telah diresmiikan pada tanggal 3 Juni 2013 bulan lalu, waktu yang panjang ini terasa singkat bagi para operator.
Mengapa singkat kan sudah mulai dari bulan juni 2013? dikarenakan :
1.Setiap daerah punya pengaturan dan penetapan tanggal kalender pendidikan yang berbeda. sehingga pengisian data terjadi pada saat libur semester, puasa, dan Hari Raya. membuat operator dan Guru menjadi terbatas untuk bekomunikasi secara langsung
2. Situs ini diresmikan pada 3 Juni 2013, sementara para operator baru memahami dan baru langkah awal pengisian data bukan lanjutan, hal ini menyebabkan timbulnya masalah-masalah baru yang belum terselesaikan, sementara para guru belum begitu memahami pengisian data, kami para operator sudah di sibukkan dengan membimbing Guru yang belum bisa, di tambah dengan bimbingan EDS siswa dan disibukkan dengan hari pertama kerja setelah libur panjang dan tahun ajaran baru, dari mulai merubah laporan bulanan sekolah, pelaporan Dana Bos, pembuatan Absen siswa, pemasukkan biodata PSB, dll. hal ini menyebabkan Operator bingung sehingga pekerjaan terbengkalai
3. Ini yang perlu pengurus PADAMU NEGERI KEMDIKBUD SIAP Online Pahami, masalah Doble NUPTK, Pemindahan tangan, dan Pertengkaran Mulut para Pemilik Nuptk yang bermasalah membuat keterlambatan semakin berlarut-larut, hingga akhir penutupan masalah ini tidak terselesaikan.
saya selaku Guru dan Operator sekolah ingin mewakili seluruh Operator dan Guru, untuk mengungkapkan keluhan ini agar menjadi bahan pemikiran para pemangku Jabatan di lingkungan Pendidikan.
dan saya turut mengucapkan salut untuk dunia pendidikan kita yang sudah memajukan pendidikan ini sehingga begitu elit dan di segani.
izin saya ERLI TARONA PUTRA
Guru & Operator Sekolah SD Negeri 2 Peureulak, Aceh, Indonesia

Oleh El Fikri
Guru merupakan sosok yang biasanya dianggap sempurna oleh anak didik nya. Seorang guru dianggap memiliki pengetahuan yang luas dan mumpuni. Memiliki kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata. Serta dianggap sosok yang selalu bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan teknologi . Selain itu, guru dianggap punya solusi yang tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh anak didiknya. Maka tak jarang guru menjadi tempat untuk berbagi curhat dan masalah. Baik yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun yang tidak ada hubungan sama sekali. Hal itulah yang menciptakan guru dianggap sosok yang sangat dikagumi dan dihormati. Ditambah mampu menjaga wibawanya dari sifat dan perilaku yang tidak terpuji.
Kita tentu memiliki sosok guru yang mempunyai kriteria di atas. Sosok yang telah mengilhami keberhasilan kita disamping keluarga. Karena bagaimanapun kita tentu banyak berhutang budi pada kesabaran dan ketekunan mereka mengolah kemampuan kita. Dari kita yang tidak mengerti baca tulis, hingga menjadi orang yang memiliki kemampuan dan keberhasilan di atas mereka. Terkadang masih terbayang bagaimana kita dimarahi, dihukum dan diajari berbagai macam pengetahuan. Dan tak jarang pula kita melecehkan dan menggunjing guru kita dibelakang. Ya tentu semoga semua itu menjadi amal untuk mereka guru kita dan juga bagi kita para penuntut ilmu.
Akan tetapi ada yang berubah saat ini. Ada guru yang justru mendapatkan perlakuan yang tidak semestinya. Mereka tidak dihormati oleh anak didiknya. Mendapatkan perlakuan yang kurang simpatik dari anak didiknya. Tidak diindahkan kata-katanya. Disepelekan nasihat dan saran-sarannya. Serta perlakuan jahil yang dilakukan anak didiknya.
Pertanyaan yang muncul adalah, mengapa hal itu terjadi pada guru tersebut?. Tentu kita tidak bisa melihatnya hanya dari satu sisi saja. Karena akan kurang bijak rasanya jika kita hanya menyalahkan pada satu pihak saja. Maka berikut ini adalah penilaian saya akan pertanyaan mengapa guru tak berwibawa di depan siswanya.
Yang pertama adalah guru. Guru hendaknya mampu memberikan contoh dan teladan yang baik bagi anak didiknya. Guru dituntut untuk bisa di gugu dan ditiru. Baik kata-katanya maupun perbuatannya. Artinya guru harus lebih baik tingkah laku dan ucapannya dari anak didiknya. Maka akan sangat tidak berarti jika guru justru melanggar aturan dan ucapan yang mereka ajarkan di sekolah. Ketika guru menyuruh anak didiknya disiplin, mereka juga harus memberikan contoh disiplin. Ketika guru mengajarkan untuk jangan berbohong kepada anak didiknya, maka mereka jangan berbohong. Ketika guru menyuruh untuk menguasai pengetahuan dan tekhnologi, mereka juga harus mengerti dan menguasai tekhnologi saat ini. Sayangnya, keadaan dan perkembangan jaman telah merubah semua itu. Entah karena faktor sengaja atau terpaksa. Tengoklah saat ini, berapa banyak guru-guru yang tidak sesuai dengan ucapan dan perbuatan mereka. Banyak guru sudah tidak disiplin dalam menjalankan kewajiban mereka sebagai guru. Berapa banyak guru yang tidak menguasai materi yang diajarkan. Berapa banyak guru yang masih gaptek dengan teknologi. Sehingga tak jarang kemampuan dan pengetahuan siswa justru melebihi gurunya. Berapa banyak kebohongan yang menjadi budaya di lakukan oleh pihak sekolah. Kebohongan dalam membuat pemberkasan, kebohongan dalam membuat SPJ bantuan, kebohongan dalam meluluskan anak didiknya saat Ujian Nasional. Belum lagi kalau mereka melakukan hal yang tidak terpuji di masyarakat. Karena mereka menjadi guru bukan karena panggilan hati. Tetapi karena terpaksa atau sebagai pelepas image dari status pengangguran. Maka wajar jika tidak sampai membekas makna dari nilai luhur apa yang mereka ajarkan.
Yang kedua adalah siswa. Siswa merupakan pribadi yang memiliki keunikan dan masalah sendiri-sendiri. Artinya guru harus siap menyikapi anak didiknya dengan bijak dan santun. Ada banyak perbedaan tentunya pada anak didik jaman dahulu dengan mereka yang bersekolah di jaman sekarang. Kenakalan yang mereka lakukan tentu lebih banyak dan aneh. Baik yang dilakukan secara individu maupun berjamaah. Dan hal itu tentu tak bisa terlepas dari penggunan dan penguasaan tenknologi yang mereka dapatkan. Betapa semakin mudah perilaku kenakalan dilakukan dan di mobilisasi secara cepat. Oleh karena itu guru tentu harus memiliki akses yang cukup untuk mengatasinya. Sehingga tak perlu ada kasus anak membawa konten porno dalam hp nya. Tapi guru tak bisa membuktikannya. Akibat mereka tidak tahu cara membuka atau menghapusnya. Selain itu, rasa hormat dan patuh secara tulus kepada guru mulai luntur dimiliki para siswa saat ini. Ditambah dengan tontonan sinetron yang mengajarkan perilaku siswa yang tidak senonoh. Misalnya dalam berpakaian, berbicara dan gaya hidup. Sehingga siswa mulai menilai kewibawaan guru dilihat dari kemewahan. Misalnya kendaraan, rumah, atau yang lainnya. Tentu berbeda dengan predikat Umar Bakri yang disandang guru-guru kita dahulu. Sosok yang wajar dengan kesederhanaan namun penuh wibawa.
Dan terakhir adalah orang tua. Orang tua merupakan bagian dari proses keberhasilan anak-anak dalam menyelesaikan pendidikan . Mereka tak cukup hanya memberikan fasilitas dan dana untuk anak mereka. Dituntut peran yang aktif sebagai media untuk membangun hubungan yang baik antar guru, orang tua, dan siswa sebagai objek. Orang tua hendaknya mengerti dan mengikuti perkembangan dan tingkah laku anak mereka melalui pihak sekolah. Sehingga mendapatkan porsi penilaian yang seimbang. Orang tua juga hendaknya memberikan kebebasan dan masukan bagi guru untuk mendidik anak mereka. Sehingga guru merasa memiliki tanggung jawab penuh tanpa harus khawatir dengan ancaman HAM yang berlaku saat ini. Sehingga guru tidak terkesan takut untuk menegakkan disiplin dalam sekolah pada muridnya.

Oleh Lalu Hamdian Affandi di Grup Peduli Pendidikan Inovatif & Ramah Masa Depan Anak (Berkas)
persoalan pendidikan yang paling mendesak dewasa ini adalah menggemuruhnya keluhan dari masyarakat yang berkaitan dengan perilaku anak yang notabene merupakan siswa sekolah, atau lulusan dari sekolah yang merupakan produk sistem pendidikan kita. keluhan itu berkisar dari perilaku senang hura-hura, konsumsi narkoba, pergaulan bebas, selebritis wana be, serta seabrek keluhan lainnya.
persoalan-persoalan itu, memang tidak murni menjadi tanggung jawab sekolah. dalam hitungan kasar dan goblok yang saya lakukan, saya menyimpulkan bahwa waktu yang digunakan siswa di luar sekolah jauh lebih besar dari waktu yang dihabiskan siswa di sekolah. karena itu, menjadi sangat tidak fair ketika kita kemudian menyalahkan sekolah sebagai pihak yang paling bertanggung jawab karena belum mampu menghilangkan perilaku menyimpang itu.
jika dianalisis, sebab-sebab perilaku menyimpang itu antara lain : situasi lingkungan tempat tinggal siswa, termasuk kondisi keluarga, teman sebaya,situasi masyarakat secara umum, serta pengaruh media massa.
hasil penelitian mazdalifah menunjukkan bahwa anak yang menonton televisi menganggap tayangan televisi sebagai hal nyata dan cenderung meniru apa yang ditayangkan di televisi (2004). pada saat yang sama, pengalaman emosional anak di lingkungan masyarakat juga menjadi kerangka rujukannya dalam bertindak. hal ini dibuktikan oleh penelitian abdi stepu terhadap pola perilaku remaja yang dibesarkan di lingkungan prostitusi (2004). lebih jauh lagi, pola-pola asuh orang tua memberikan dampak signifikan terhadap pola perilaku anak di sekolah dan lingkungan masyarakat (Garliah dan Nasution, 2005). kesimpulannya, pola-pola perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak dan remaja lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar lingkungan sekolah.
lantas bagaimana sekolah harus menyikapinya? pertanyaan ini ingin saya jawab dengan ringkasan sebuah hasil penelitian pengembangan yang dilakukan Ajat Sudrajat dan Marzuki, dua orang dosen fakultas ilmu sosial dan ekonomi universitas negeri yogyakarta yang bercita-cita mengembangkan model pengembangan kultur akhlak mulia pada beberapa SMP di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Yogyakarta dari tahun 2009 sampai 2010. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk membentuk akhlak yang baik di sekolah, diperlukan tindakan sistematis berupa :
1. Sekolah sebaiknya merumuskan visi, misi, dan tujuan sekolah yang secara tegas
menyebutkan keinginan terwujudnya kultur akhlak mulia di sekolah; 2. cukup penting diperhatikan
perlunya persepsi yang sama di antara warga sekolah bahkan juga persepsi orang tua siswa dan masyarakat dan didukung oleh pimpinan sekolah (kepala sekolah) yang memiliki komitmen tinggi; 3.diperlukan program-program sekolah yang secara tegas dan rinci mendukung terwujudnya kultur akhlak mulia tersebut; 4.Pengembangan kultur akhlak mulia di sekolah juga memerlukan peraturan atau tata tertib sekolah yang tegas dan rinci; 5.Agar pengembangan kultur akhlak mulia lebih efektif, diperlukan keteladanan dari para guru (termasuk kepala sekolah) dan para karyawan; 6. Diperlukan juga dukungan nyata dari komite sekolah baik secara moral maupun
material demi kelancaran pengembangan kultur akhlak mulia di sekolah ini; 7. Orang tua siswa dan masyarakat juga berpengaruh besar dalam pengembangan kultur akhlak mulia di kalangan siswa, terutama di luar sekolah; 8. Tiga pusat pendidikan seharusnya seiring dan sejalan (sinergis) demi kelancaran pengembangan kultur akhlak mulia bagi para siswa; 9. Membangun komunikasi yang harmonis antara guru, orang tua siswa, dan masyarakat dalam rangka mewujudkan kultur akhlak mulia di kalangan siswa di sekolah juga sangat penting diadakan.
jika hasil penelitian itu diringkas lagi, maka beberapa pilar pembentukan akhlak mulia di sekolah adalah : dibutuhkan visi pembentukan akhlak mulia disertai rangkaian kebijakan dan komitmen serta tata tertib yang jelas serta tegas; keteladanan dari seluruh stakeholder pendidikan seperti kepala sekolah, guru, karyawan sekolah, dan orang tua; jalinan komunikasi yang menghasilkan kerja sama yang apik antara sekolah dengan masyarakat. jadi, terlalu prematur dan mengada-ada kalau mencita-citakan perubahan akhlak siswa hanya melalui pembelajaran di kelas, apalagi hanya mengandalkan Pendekatan, strategi, atau model pembelajaran tertentu.
Laporkan · 14 Juli 2011 pukul 9:38
Oleh Da Untuk Be di Grup Peduli Pendidikan Inovatif & Ramah Masa Depan Anak (Berkas)
Hari itu, aku melihat seorang anak yang berpakaian lusuh dan cukup kotor menuju rumah salah seorang temannya. Pakaiannya itu sebenarnya berwarna putih, tapi menjadi kecoklatan dengan bercak-bercak hitam di beberapa sisi. Dia menyandang tas samping. Awlnya ku fikir ia tengah mengajak temannya bermain selepas bermain dengan teman yang sebelumnya. Ternyata bukan, dia memanggil temannya itu untuk pergi mengaji. Aku langsung heran dan bertanya kepada salah seorang Ibu yang menurutku tahu tentang anak itu.
“Ibu, kenapa pakaian anak itu kotor ? Bukankah dia mau pergi mengaji? Kenapa dia tidak mengganti pakaiannya?” Tanyaku.
”Itu memang pakaian mengajinya. Orang tuanya sepertinya tidak mempedulikannya, makanya dia selalu berpenampilan demikian meskipun untuk pergi mengaji sekalipun. Selain karena kurangnya perhatian, dia itu memang berasal dari keluarga kurang mampu.” Jawab sang Ibu tersebut.
”Kasihan sekali kita melihatnya.” Lanjut Ibu itu.
Sedikit meluangkan waktu dan karena sedikit penasaran, aku bertanya lagi kepada Ibu itu mengenai anak tersebut. ”Ibu,.. Maaf, apa Ibu dari anak itu masih ada? Ayahnya? Bagaimana dengan saudaranya yang lain? Kakaknya apakah ada? Dan rumahnya di mana?
Ibu itu menjawab,”Ibunya masih ada. Ayahnya sudah tidak tinggal bersamanya karena kedua orang tuanya bercerai. Dia itu anak satu-satunya. Jadi, sekarang dia hanya tinggal bertiga bersama Ibu dan neneknya di rumah sederhana yang juga sudah tinggal satu kamar itu akibat gempa kemaren.”
Ya Allah…. Anak sekecil itu harus mendapatkan cobaan yang demikian??
Dia hidup dalam kekurangan materi, lalu apakan harus dia juga hidup kekurangan kasih sayang orang tuanya dan orang-orang sekitarnya??
Pernahkah terfikir oleh kita bahwa di sekitar kita masih banyak peri-peri kecil yang butuh kasih sayang kita??
Tuhan,,, Melihatnya aku takut…
Aku takut jika sekarang, esok, atau sampai saat nanti ia hidup tanpa tahu bagaimana rasa sayang hingga ia menjadi anak yang tidak pandai menyayangi.
Aku takut jika ia tumbuh menjadi anak yang selalu merasa rendah diri karena kekuranggannya dan karena tidak ada seorang pun yang menghargai serta mengacuhkannya.
Wahai engkau bocah kecilku… Adikku…
Andai aku punya istana yang di dalamnya hidup malaikat-malaikat penuh kasih sayang, maka engkau sekalian akan ku biarkan menikmatinya sepuas hatimu walau aku harus hidup di kejamnya panas mentari di luar sana.
Tuhan… Bolehkan aku ini hidup untuk mereka??? Bolehkan aku tetap melihat senyum mereka..??
Ketakutan dan kesedihanku adalah ketika mereka enggan berkumpul bersama teman-teman sebaya yang mereka lihat jauh lebih mapan dari mereka. Sungguh.. sungguh aku takut jika mereka menjauh dan merasa hina dibanding orang-orang kaya itu sementara sebenarnya mereka lebih mulia dari si kaya…
Oh tuhan…. Jangan biarkan rasa hina mengerogoti jiwa mereka. Tetap senangkan hatinya. Hati si kecilku yang kehilangan masa kecilnya bersama kedua Ibu Bapaknya itu.
Adik-adikku.. anak-anakku…
Kelak, jika kalian melihatku datang, mendekatlah padaku… Jangan pernah takuti aku ya… Senyum dan melihat kalian tertawa adalah kebahagiaan terbesarku…
Teman, seoarng anak, meskipun bukan anak kandung kita, saudara kandung kita, atau pun family dekat kita, mereka tetaplah anak kita. Meraka anaknya semua orang muslimin…
Jangan pernah acuhkan mereka sekalipun ia terlihat tidak seperti layknya setiap orang berpenampilan. Mereka hanya butuh kepedulian kita.. Jikalau pun tidak mampu berbuat banyak, jangan pernah sakiti mereka dengan menunjukkan kebencian, cemoohan, atau pun rasa jijik terhadap mereka..
Bayangkanlah teman,, Betapa pilunya hati mereka ketika melihat kita menjauhi mereka…
Astaghfirullah.. Astaghfirullahal”adziim…
Jangan sampai kita membuat hati mereka sedih kemudian membuat mereka terisak menangis pilu di hatinya…
Allah Arrahman dan Arrahim… Dan semoga sifatnya Allah tetap bermekaran di hati kita, bukan malah luntur dikikis oleh sifat yang ditancapkan oleh syaitan..
Teman, maaf ya kalau kelihatannya seperti menggurui.. si “AKU” tdk bermaksud apa-apa. Dia hanya mencoba menuangkan apa yang ia lihat, cerna, dan ia rasa. Si “AKU” bukan orang yang baik, tp ia ingin menjadi baik. Dan ia sadar bahwa butuh waktu yang lama untuk menjadikannya baik karena begitu jauhnya dia dari kebaikan itu.
Salam PADAMU NEGERI
Formulir berlangganan SIAP Dinas (45)
Formulir berlangganan SIAP Guru (1137)
Formulir berlangganan SIAP Ortu (953)
Formulir berlangganan SIAP Siswa (1359)
Formulir klaim akun SIAP Online (89)
Formulir pengajuan SIAP PSB Online (79)
Formulir Verifikasi Akun SIAP Sekolah (2405)
Kepada pengguna PADAMU NEGERI seIndonesia,
Kami informasikan bahwa pengaktifkan akun siswa dan pelaksanaan EDS Siswa secara independen dapat mulai dilaksanakan pada:
Hari : Senin
Tanggal : 19 Agustus 2013
Pukul : 17.00 WIB
Pada EDS Siswa mensyaratkan setiap siswa wajib memiliki akun login untuk akses ke PADAMU NEGERI dengan tata cara sebagai berikut:
Admin/Operator Sekolah mendaftarkan data akun siswa melalui SIAP Sekolah Edisi Gratis masing-masing.
Admin/Operator mencetak surat tanda bukti akun login setiap siswa dan diserahkan kepada siswa bersangkutan.
Siswa login ke situs http://padamu.siap.web.id dan mengisi angket EDS secara online langsung mandiri.
Jumlah siswa per sekolah untuk mengisi angket EDS minimal 30 koresponden.
Untuk Panduan EDS Siswa silakan unduh disini
Demikian informasi ini disampaikan, terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya. Mari kita sukseskan bersama mengisi kemerdekaan bangsa dengan mendorong partisipasi aktif para siswa untuk mengisi EDS masing-masing secara independen.
Salam PADAMU NEGERI untuk Indonesiaku … Merdeka !
Tim Admin Pusat
BPSDMPK-PMP KEMDIKBUD 2013
Dengan adanya televisi, kita dapat mengetahui berbagai macam situasi saat ini, ilmu pengetahuan, hiburan dan acara lain yang dapat membuat anda terhibur. Banyak hal positif yang dapat diterima para penonton termasuk anak-anak dari aktivitas menonton TV. Namun tidak dipungkiri bahwa acara TV itu tidak semuanya baik. Menonton TV juga dapat memberi pengaruh buruk bagi anak-anak. Karena ia tidak bisa menikmati masa bermainnya yang habis karena menonton TV.
Oleh karena itu orang tua harus berperan dalam mencegah pengaruh buruk menonton TV bagi anak-anak. Berikut beberapa tips mengontrol kebiasaan anak menonton televisi.
1. Memilih Program TV Sesuai Usia Anak
Program seperti drama dewasa atau film yang mengandung unsur kekerasan tidak cocok untuk anak. Program yang cocok untuk anak misalnya: kartun anak, pendidikan, program rohani, sains, pengetahuan alam, hiburan untuk semua umur. Untuk itu ketika anak menonton film untuk dewasa sebaiknya anda alihkan programnya dan pilih program yang bersifat mendidik.
2. Kenali Acara TV Berdasar Usia
Banyak stasiun TV yang memberikan kode atau icon yang memberitahukan kategori acara berdasarkan usia, misalnya SU (untuk semua umur), BO (dengan bimbingan orang tua), R (remaja), D (dewasa). Tiap stasiun TV mungkin memiliki kode atau ikon yang berbeda. Hal ini dilakukan agar orangtua bisa memilah tontonan yang baik untuk anak.
3. Memberikan Batasan Tertentu untuk Menonton TV pada Anak
Menonton TV terlalu lama menyebabkan anak malas untuk melakukan aktivitas lain. Anak diarahkan untuk melakukan hal lain sebagai kesenangan. Menonton TV terlalu larut dapat menyebabkan anak kurang tidur yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan.
4. Ikut Menonton Bersama
Menonton TV bersama anak dapat memberikan rasa kebersamaan, saling terbuka, dan kedekatan psikologis orang tua dan anak. Orang tua juga dapat memberikan pengarahan mengenai acara TV yang sedang disaksikan.
5. Usahakan agar Tidak Memberikan TV di Kamar Anak
Menempatkan TV di kamar anak membuat orang tua lebih sukar untuk mengontrol aktivitas menonton TV. Orang tua tidak leluasa mengontrol apa yang dilihat anak dan kapan anak menonton TV.
6. Berikan Aturan untuk Tidak Menonton TV Sambil Makan
Menonton TV sambil makan dapat membuat makan berlebihan. Makan sambil menonton TV juga dapat menghilangkan selera makan atau rasa ingin cepat-cepat selesai. Menonton TV sambil makan dapat membuat tersedak, lidah atau bibir tergigit, dan gangguan pencernaan akibat pengunyahan tidak sempurna. Makan sambil menonton TV juga merupakan salah satu faktor resiko obesitas pada anak.
7. Tidak Memanfaatkan TV Sebagai "Penjaga Anak"
Banyak orangtua yang memanfaatkan TV sebagai pengasuh anak. Padahal banyak acara TV yang tidak sesuai untuk anak. Orang tua seharusnya lebih bijak memberikan alternatif hiburan bagi anak di saat sibuk. Pilihan lain misalnya memberikan mainan puzzle, mewarnai gambar, melihat video proram khusus anak, dsb. Bagi anak balita apapun aktivitas anak, harus ada yang mengawasi.
8. Berikan contoh untuk Mematikan TV Jika Tidak Ada yang Menonton
Mematikan TV saat tidak ditonton bukan hanya menghemat energi listrik tetapi juga dapat membantu konsentrasi anak dengan aktivitas lain. Aktivitas anak akan terganggu jika ada acara TV yang menarik, meskipun hanya sesaat.
9. Berikan Masukan kepada Anak Mengenai Acara TV
Berikan penjelasan jika ada acara TV yang tidak boleh disaksikan oleh anak-anak. Anak harus mengetahui mana fakta dan fiksi. Berikan masukan kepada anak mengenai film, komedi, atau iklan yang ditampilkan secara aneh atau berlebihan.
10. Buat Kesepakatan
Membuat kesepakatan mengenai acara dan waktu menonton TV akan membantu anak secara positif mengatur waktu menonton TV. Anak-anak harus dilatih memegang komitmen untuk berdisiplin dalam mematuhi kesepakatan.
Anak akan cenderung mencari alasan dan pembenaran untuk tetap menonton TV setiap saat ia mau. Anak akan lebih sulit diatur jika ia merasa diperlakukan tidak adil. Memberikan teladan yang baik kepada anak dalam aktivitas menonton TV dapat menimbulkan kesadaran anak untuk membatasi diri dalam menonton TV.
(Dikutip dari berbagai sumber)

diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Berbeda dengan bakat, “kemampuan” merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan (performance) dapat dilakukan sekarang. Sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan dimasa yang akan datang. Bakat dan kemampuan menentukan “prestasi” seseorang. Jadi prestasi itulah yang merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan.
Mengenali Ciri dan Tanda Anak Berbakat
30 November 2012
Apakah anak kita tergolong berbakat atau tidak? Ataukah anak kita berbakat namun kita tidak mengetahuinya dan tidak menyadarinya? Memang anak berbakat bisa dilihat dari sejak usia dini? Wah, kayaknya anak saya mempunyai bakat yang luar biasa! Atau jangan-jangan anak saya malah tidak punya bakat sama sekali. Malah bingung jadinya...Anak yang berbakat akan memiliki ciri-ciri ataupun tanda-tanda yang bisa kita amati dari sejak usia kecil. Baik itu perilakunya, cara berpikirnya, cara bicaranya ataupun cara nalarnya. Rasanya sangat membanggakan apabila anak kita tergolong anak yang gifted (berbakat). Kalau harapan orangtua sih begitu. Rata-rata dari 1000 anak kemungkinan yang tergolong anak berbakat sekitar ada 30 sampai 50 anak adalah anak berbakat. Atau kalau diprosentasekan sekitar 3-5%. Oleh karena itu kita sebagai orangtua harus mengenali dan tahu ciri-ciri dan tanda-tanda anak yang berbakat. Lalu tanda-tanda dan ciri yang tampak apa saja ya.. Agar tidak penasaran dan bingung berikut ini adalah beberapa ciri yang tampak pada anak yang mempunyai bakat
Ciri dan Tanda anak berbakat
1. Anak tersebut memiliki keberbedaan atau ciri khas
Anak yang memiliki keberbedaan akan tampak ketika bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Biasanya anak tersebut memiliki tingkah laku yang lebih dewasa sehingga ketika bermain dengan teman seusianya, si anak akan cenderung memisah. Tapi bukan berarti tidak mau bermain bersama atau malah takut berkumpul dengan teman seusianya. Tapi tidak perlu khawatir karena anak akan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan bermainnya.
2. Anak memiliki cara belajar yang berbeda
Biasanya sifat si anak tidak mau diam. Anak akan lebih cenderung aktif terhadap hal-hal baru. Anak akan lebih suka untuk mengeksplore atau mempelajari lebih lanjut sesuatu yang ada disekelilingnya. Tidak mau diam bukan berarti hiperaktif.
3. Memiliki gaya bahasa yang lebih dewasa
Anak berbakat akan lebih cepat menyerap bahasa orang dewasa dan menirukannya. Makanya jangan heran kalau si anak akan mengikuti atau berkata layaknya orang dewasa bahkan menirukan apa yang pernah kita ucapkan padanya. Anak akan lebih cepat untuk menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya. Tutur katanya bisa lebih banyak lagi dan kompleks.
4. Anak berbakat memiliki kosakata yang banyak
Karena kemampuannya untuk menyerap bahasa lebih cepat maka si anak akan memiliki daya ingat kosa kata yang lebih banyak. Sehingga si anak akan mengerti terhadap kata-kata yang diucapkan kepadanya. Bahkan si anak akan bisa menyebutkan secara terperinci baik itu mengenai barang atau benda atau ketika menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya.
5. Kemampuan motorik kasarnya sempurna
Maksudnya adalah anak memiliki keterampilan yang lebih. Misalnya sudah bisa memakai baju sendiri, memegang benda dengan posisi yang benar tanpa kesulitan. Untuk melatihnya maka selalu siapkan mainan yang menunjangnya untuk kemampuan tersebut. Olahraga yang bisa diajarkan adalah berenang, memegang raket/tennis dan olahraga lainnya yang bisa mengasah kemampuan motorik kasarnya.
6. Suka mengoleksi benda
Anak berbakat akan lebih senang untuk mengumpulkan benda-benda kesukaanya. Bisa mainan, baju, hiasan dan lain sebagainya. Si anak menyukai karena bentuknya, warnanya, modelnya karena anak senang untuk membandingkan dan memilah-milah atau mengklasifikasi benda kesukaannya.
7. Senang dengan membaca
Hampir 50 persen anak yang mempunyai bakat akan bisa membaca dari umur 2-2,5 tahun. Bahkan ketika usia sekitar 1 tahunan anak akan mampu untuk membedakan gambar yang posisinya terbalik. Selain itu si anak akan seolah-olah membaca dari kiri ke kanan. Untuk merangsang agar anak suka membaca maka kita bisa melatihnya dengan mendongeng dengan buku atau bercerita. Atau kita bisa menceritakan setiap kemasan yang dijumpainya.
8. Kemampuan logika atau matematika
Anak berbakat akan mudah untuk memahami benda yag bersifat besar kecil, bisa membedakan banyak dan sedikit. Selain itu anak juga akan mengerti mengenai berapa lama, berapa jauh dan berapa banyak. Dan juga anak berbakat akan bisa membedakan posisi baik itu atas bawah, kanan kiri, maju mundur
9. Semangat rasa ingin tahu
Anak berbakat akan cenderung lebih banyak bertanya terhadap apa yang belum dimengerti. Baik itu situasi di sekelilingnya dan ketika anak tidak paham maka si anak akan banyak bertanya. Oleh karena itu peran orangtua adalah memberikan jawaban kepada si anak apabila si anak menanyakan tentang sesuatu yang belum diketahuinya. Berilah penjelasan dengan baik dan jangan biarkan si anak tanpa jawaban.
10. Memiliki daya ingat
Daya ingat anak berbakat sangat tinggi. Bahkan mampu untuk mengingat kejadian yang sudah lama dan mampu untuk mengungkapkannya kembali.
11. Stamina dan energi yang kuat
Dalam aktivitasnya, anak berbakat akan memiliki energi yang kuat untuk menunjangnya. Maka jangan heran kalau si anak malah kurang tidur siang. Karena anak lebih suka untuk bergerak. Aktivitasnya cenderung fokus dan memiliki tujuan terhadap aktivitasnya tersebut.
12. Sosialisasi
Anak berbakat akan lebih senang untuk bermain dengan teman diatas usianya. Dia akan lebih nyaman bermain dengan teman yang usianya lebih tua darinya (dewasa). Dan cenderung ketika bermain dengan anak seusianya sianak merasa tidak nyaman.
Itulah beberapa tanda yang muncul dan dimiliki oleh anak yang berbakat. Ketika kita sudah mengetahui anak kita berbakat maka dengan mudah kita untuk membimbingnya dan mengarahkannnya. Berikanlah stimulasi-stimulasi yang cocok untuknya. Dan tentunya jangan mudah menyerah untuk membimbingnya. Dan berikanlah pendidikan formal yang pas untuknya
lmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.[1]
Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan
kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.[2]
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode
yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat,
ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai
pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (material saja), atau ilmu psikologi
hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika lingkup pandangannya
dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret.
Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang
berapa jarak matahari dan bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah
seorang pemudi cocok menjadi perawat.
Daftar isi |
Etimologi

Syarat-syarat ilmu
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu[4]. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.- Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
- Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
- Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
- Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
Pemodelan, teori, dan hukum
Artikel utama: metode ilmiahIstilah "model", "hipotesis", "teori", dan "hukum" mengandung arti yang berbeda dalam keilmuan dari pemahaman umum. Para ilmuwan menggunakan istilah model untuk menjelaskan sesuatu, secara khusus yang bisa digunakan untuk membuat dugaan yang bisa diuji dengan melakukan percobaan/eksperimen atau pengamatan.
Suatu hipotesis adalah dugaan-dugaan yang belum didukung atau dibuktikan oleh percobaan, dan hukum fisika atau hukum alam adalah generalisasi ilmiah berdasarkan pengamatan empiris.
Matematika dan metode ilmiah
Matematika sangat penting bagi keilmuan, terutama dalam peran yang dimainkannya dalam mengekspresikan model ilmiah. Mengamati dan mengumpulkan hasil-hasil pengukuran, sebagaimana membuat hipotesis dan dugaan, pasti membutuhkan model dan eksploitasi matematis. Cabang matematika yang sering dipakai dalam keilmuan di antaranya kalkulus dan statistika, meskipun sebenarnya semua cabang matematika memunyai penerapannya, bahkan bidang "murni" seperti teori bilangan dan topologi.Beberapa orang pemikir memandang matematikawan sebagai ilmuwan, dengan anggapan bahwa pembuktian-pembuktian matematis setara dengan percobaan. Sebagian yang lainnya tidak menganggap matematika sebagai ilmu, sebab tidak memerlukan uji-uji eksperimental pada teori dan hipotesisnya. Namun, dibalik kedua anggapan itu, kenyataan pentingnya matematika sebagai alat yang sangat berguna untuk menggambarkan/menjelaskan alam semesta telah menjadi isu utama bagi filsafat matematika.
Lihat Eugene Wigner, The Unreasonable Effectiveness of Mathematics.
Richard Feynman berkata, "Matematika itu tidak nyata, tapi terasa nyata. Di manakah tempatnya berada?", sedangkan Bertrand Russell sangat senang mendefinisikan matematika sebagai "subjek yang kita tidak pernah tahu apa yang sedang kita bicarakan, dan kita tidak tahu pula kebenarannya." -->